Kalau saja tidak ditemani pemandu wisata, mungkin saya tidak tahu kalau ternyata di kompleks Candi Arjuna Dieng ada situs bangunan kayu kuno. Ya seperti sebagian besar wisatawan lainnya, dulu kalau masuk ke sini, ya langsung saja ke tujuan utama yaitu deretan candi Hindu peninggalan Kerajaan abad ke-8 tersebut.
Padahal jalurnya pasti melewati situs bangunan kayu yang di sekitarnya berserak batu-batu kuno. Hanya beberapa saja yang tertarik masuk. Yang lain mungkin nggak ngeh atau memang sudah kebiasaan wisatawan kita sekarang begitu. Langsung ke lokasi utama, jeprat-jepret sambil pose dua jari dan memonyongkan bibir.Padahal nih, bangunan kayu yang berada di sebelah kanan jalur jalan kaki tersebut punya cerita yang tak kalah menarik dengan Candi Dieng."Namanya kompleks Dharmasala," tutur Kahfi, pemandu yang menemani saya tadi.Ia melanjutkan, kompleks ini dulu-dulunya digunakan transit dan kegiatan ritual oleh mereka yang akan beribadat di Candi Dieng. Kondisi sekarang yang tersisa adalah pondasi."Merujuk kata Dharmasala sendiri, itu artinya rumah besar, makanya disini sisa-sisa bangunan yang ada ukurannya cukup luas, dan selain itu Dharmasala juga berfungsi sebagai tempat belajar bagi raja-raja Mataram Hindu dulu sebelum mereka memasuki ke kompleks candi," jelasnya.Di kompleks Dharmasala sekarang, ada satu bangunan kayu yang coba direstorasi. Di atas sisa umpak-umpak batu dibuat semacam balai, yang dari hasil penelitian dianggap mendekati bentuk asli."Umpak-umpak itu semacam batu persegi yang tingginya sekitar 1 meter lebih, fungsinya untuk penyangga bangunan berupa rumah panggung besar. Kalau dilihat dari tatanan umpak-umpak batu tersebut, tergambar seperti sekat ruang kelas, sehingga kemudian muncul analisa kalau tempat ini dulu dipakai belajar raja," ungkapnya.Saya coba menelusuri dari ujung ke ujung kompleks Dharmasala dan membayangkan seperti apa kompleks ini pada waktu itu. Dari tata letak sisa pondasi, bisa jadi dulu ada beberapa bangunan kayu dalam satu kompleks. Semacam padepokan lah kalau jaman sekarang. Mungkin.Kemudian di dua sudut sisi utara ada sumber air. Orang Dieng menyebutnya Sendang Sedayu dan Sendang Maerokoco. Kemungkinan dulu tempat ini dipakai untuk membersihkan diri sebelum beribadah di candi."Kalau sekarang, dua sendang tersebut digunakan pada acara ritual pemotongan rambut gimbal. Jadi airnya dipakai untuk menjamas istilahnya, atau mencuci rambut anak gimbal sebelum menjalani proses pemotongan rambut," kata Kahfi.Sangat menarik ternyata cerita dibalik kompleks sisa batu-batuan yang ada di utara Candi Dieng ini. Sungguh sayang kalau ke Dieng cuma numpang lewat. Ibarat main puzzle, masih ada yang bolong oleh sebab ada bagian yang belum terpasang. Teguh Joko Sutrisno | Semarang, Jawa Tengah
Dharmasala, Bangunan Kayu Kuno di Candi Dieng yang Dicuekin Wisatawan
Rabu, 16 September 2020 - 19:28 WIB