Banyak hal langka yang disampaikan oleh penulis dalam karya, imajinasi, fantasi dan bisa saja refleksi dari dirinya. Novel ini dihantar melalui dialog singkat penuh kenangan dari tokoh utama ketika bertugas dalam sebuah peristiwa besar dan langka; beberapa “hari” setelah kejadian Tsunami di Aceh, Propinsi paling Barat Nusantara.Kenangan dalam Novel "Dilarang Bercanda dengan Kenangan" ini pun memiliki setting peristiwa heboh dunia yang belum ada duanya; momen pemakaman Lady Diana yang penuh romansa dan air mata.Menyajikan kata-kata bijak John Stuart Mills sangat penting, namun terkesan memaksakan Jo untuk berada pada pilihan adagium dari filsuf Inggris yang sangat dihormati oleh akademisi ilmu-ilmu sosial.Menghadirkan sosok Ralf Dahrendorf yang masih aktif dalam memberikan tugas kuliah merupakan daya pikat bagi pembaca yang akrab dengan aliran konflik.Meski demikian, ketegangan yang ditampilkan dalam cerita masih terkait dengan urusan cinta anak-anak manusia – bukan pada level lembaga atau negara sebagaimana teori dari ilmuwan Jerman-Britania.Mengutip postulat Hypocrates sebagai rujukan untuk menggambarkan karakter dari berbagai aktor dalam membuka kisah sangat membantu pemirsa memahami alur cerita.Aktor utama, mahasiswa pasca sarjana dari Indonesia yang cerdas, relatif mengenal agama, penuh pesona namun fana dalam urusan asmara memberikan banyak pelajaran dan tentu saja “baper” bagi pembaca khususnya bagi anak muda.Sebagai sebuah karya, novel "Dilarang Bercanda dengan Kenangan" ini berhasil menggabungkan jiwa filosofis, spiritual agama, politik, jurnalistik, melodrama tingkat dunia, serta bencana besar di penghujung abad dua dasa dalam balutan cinta, duka dan nelangsa.Selain bisa dinikmati sembari bertamasya di jantungnya Eropa, novel Dilarang Bercanda dengan Kenangan ini banyak memberikan pelajaran berharga bagi siapa saja.Depok, 10 Desember 2018Dr. Ricardi S. AdnanKetua Umum Asosiasi Penerbit Perguruan Tinggi Indonesia
Resensi Novel: Dilarang Bercanda dengan Kenangan
Selasa, 11 Desember 2018 - 12:47 WIB