Istimewanya, kedua pelatih mampu berbahasa Indonesia, khususnya Pogacnik.
Baik pelatih asal Yugoslavia dan Belanda itu, dikenal memiliki jurus ampuh untuk mengangkat semangat pemain. Menurut info dari para mantan pemain, kedua pelatih tak sungkan bertukar pikiran dalam dialog dari hati ke hati, tanpa pihak ketiga, penterjemah.
Nah, kelemahan paling fundamental yang dimiliki oleh STY, ya di situ. Sekali lagi, tidak bermaksud menggusur dan mempengaruhi PSSI sang pemilik kebijakan tunggal, sebaiknya STY dikembalikan pada kontrak awal yakni memegang Tim nas U20.
Tahun 2019, saat PSSI masih dipimpin Iwan Bule dan Prof Zainudin Amali masih menjabat Menpora, STY diputuskan di Manila, saat Sea Games 2019. Kontraknya untuk tim nas U20.
Namun di tengah perjalanan, STY diminta untuk menangani semua tim nas. Tidak hanya itu, STY juga diizinkan untuk mengambil pemain diaspora. Harus diakui, jejak STY sangat baik. Jika boleh menilai 1-10, bagi saya STY sudah mencapai angka 7,5, artinya hasilnya baik dan sudah lulus ujian.
Tetapi, untuk tim nas senior, meski mayoritas pemain pilihannya, saya melihat kendala besar dalam komunikasi. Paling menonjol justru saat berlaga. STY tidak mudah memberi suntikan. Suka atau tidak, pasti ada perbedaan petunjuk langsung dari STY dan dari pihak ketiga.
Ada baiknya, untuk tim senior, PSSI mulai mencari alternatif. Karena lebih dari 70 persen pemain diaspora asal Belanda, carilah pelatih asal negeri itu. Artinya, STY dinaikan menjadi direktur teknik atau apa pun namanya serta menangani tim nas U20.