Selain itu, ada aturan khusus yang diterapkan di laga tersebut. Sarung tinju yang biasanya 10 ons untuk kelas berat, atas nama keamanan keduanya, menjadi 14 ons. Diharapkan dampak akibat pukulan bagi keduanya akan berkurang. Kita tahu meski Paul bukan pertama kali naik ring, tapi pada dasarnya dia tetap bukan petinju. Sementara Tyson meski memiliki basis sebagai mantan juara dunia dan sangat ganas di atas ring, tapi saat ini usianya sudah 58 tahun. Artinya, baik Paul maupun Tyson memiliki resiko yang sama, berbahayanya.
Begitu juga terkait waktu dalam ronde. Biasanya kelas berat dalam laga non-gelar menampilkan minimal 10 ronde, laga ini boleh hanya 8 ronde saja. Dan lama waktu per-rondenya pun dikurangi dari 3 menjadi 2 saja. Artinya, promotor dan kubu kedua belah pihak sama-sama menjaga dan memperhitungkan segala hal yang tidak mereka harapkan.
Bukan Tyson
Laga yang digelar untuk pertama kali oleh Neflix ini, bisa juga dinikmati oleh mereka yang belum berlangganan dengan Live streaming Rp 107 ribu. Nah, saat ini saja Neflix sudah memiliki 260 juta pelanggan di 190 negara.
Dari angka itu saja, Neflix bisa meraup Rp 14,3 triliun , itu jika kita mengalikan jumlah pelanggan dengan harga terbawah yakni Rp 55 ribu. Jika mengalikannya diangka tertinggi, maka jumlah triliunan rupiahnya akan lebih dahsyat lagi.
Jadi, jika Paul dibayar 40 juta dolar atau Rp 616 miliar dan Tyson Rp 308 miliar, bukan persoalan rumit bagi Neflix. Lho, kok Tyson lebih rendah? Sekali lagi, ini memang bukan laga biasa. Laga ini murni gagasan Neflix dan Paul.
Dari data di Google, Jake Paul memiliki follower: Instagram: 27,150,072, Tik-Tok: 17,1 juta, Twitter: 4,5 juta, dan Youtube: 20,3 juta. Meski Paul tidak masuk dalam 7 besar di dunia, tetapi angka yang dimilikinya cukup membuat Neflix yakin dapat menghasilkan puluhan bahkan ratusan juta dolar dari laga itu.