Tiket termurahnya saja dibandrol Rp 1,9 juta, sementara tiket termahal 2 juta dolar atau setara Rp 31 miliar. Kok segila itu?
Ya, tiket termahal memperoleh keistimewaan, tiket pesawat First class, akomodasi, Meet and Greet, makan malam bersama Tyson dan Paul, dan lainnya yang bersifat pribadi. Tapi, terus terang, angka itu sungguh di luar batas kewajaran.
Jika dulu, selalu bergantung pada Tyson, saat ini segalanya ditentukan oleh Jack Paul. Sebagai Youtuber Paul bisa meningkatkan harga pertarungan.
Laganya sendiri, menurut hemat saya tidak akan seseru Tyson vs Holyfield atau Tyson vs Lewis. Maklum, sekuat dan sehebat apa pun usaha Paul, dia sejatinya bukan petinju, meski usianya baru 27 tahun. Begitu pun Tyson, segudang apa pun pengalaman dan prestasi yang dimiliki, usia 58 tahun, bukanlah usia yang mumpuni.
Kita tahu, Bernard Hopkins adalah petinju tertua yang mampu menjadi juara dunia, saat itu usianya 50. Selain itu, Hopkins belum beristirahat dari ring, artinya suasana tinju masih menyelimuti dirinya. Sementara Tyson sudah pensiun 20 tahun lamanya. Laga terakhir melawan Danny William (30/7/2004), Tyson kalah KO.
Lebih gila lagi, ada tawaran lain, Tyson vs Lewis-2. Bayaran yang dijanjikan sangat tidak masuk akal, kedua petinju ditawarkan masing-masing 300 juta dolar atau Rp 4,68 triliun untuk laga 10 ronde atau 30 menit, ditambah 10 menit (satu menit jeda per-ronde).