Catatan Sepakbola M.Nigara : Semifinal Piala Eropa 2024 Spanyol 2-1 Perancis, Sinar Yamal Cemerlang

Lamine Yamal (Spanyol)
Lamine Yamal (Spanyol) (Foto : IG euro2024)

Antv – 

Oleh M. Nigara

Wartawan Sepakbola Senior

PERSIS seperti dialog lewat WA, saya dengan sahabat Yesayas Octavianus, sesama alumnus Kompas-Gramedia, ketika Spanyol menghadapi Jerman di Perdelapan final Jumat (5/7/2024) malam. Kami, sama-sama menjagokan Tim Matador. Agresif dan luar biasa, itu kesan kami. Di ujung laga, Spanyol menang 2-1.

Tentu bukan hanya kami ysng meyakini tentang itu. Apalagi, saya sesunguhnya bukan pendukung fanatik. Malah saya secara pribadi saya lebih suka Belanda dan Italia. Tapi, sekali ini pandangan saya tentang Spanyol agak berbeda. Saya pun berharap di final terjadi Spanyol vs Belanda.

img_title
Pemain Timnas Spanyol Lamine Yamal. (Foto: IG sefutbol)

Ini sekelumit dialog kami:

[5/7 23.49] NIGARA: Ada 2 Yamal dan Jamal, dua2nya bukan orang Asli Spanyol dan Jerman (secara khusus, kami memandang keduanya sangat istimewa, terlebih keduanya adalah pemain keturunan atau imigran. Artinya bukan asli warga negara)

[5/7 23.49] NIGARA: Feeling kita sama

[5/7 23.50] Yesayas: Yamal dan Jamal sama2 bagus.. (aoa yang kami sampaikan, terbukti)

[5/7 23.59] Yesayas: Nico Williams. Anak2 muda ini masih butuh sedikit pematangan bermain. Secara skill sdh bagus, tetapi sering meleset saat mangambil keputusan penting.. (saya setuju, masih dibutuhkan waktu yang cukup untuk menjadikan, lagi-lagi pemain imigran, bintang)

[7/7 20.26] NIGARA: Belanda sepertinya akan menang... (beberapa waktu sebelum Belanda menekuk Turki, 2-1)

Di final sudah ditunggu Spanyol... (apalagi ini)

Final Spanyol juara hehehe

[7/7 21.05] Yesayas: Betul brader, ulangan final Pildun 2010 di Afsel. Spanyol - Belanda = 1 - 0. Gol Iniesta.

Jadi, ketika Spanyol sungguh-sungguh mampu mengatasi Perancis, ada kelegaan yang luar biasa. Paling tidak, kami (saya dan brader Yes) masih lumayan tajam pengamatannya. Maklum, saat ini banyak sekali pengamat muda yang keren-keren, meski ada juga yang mengaku pengamat, sesungguhnya belum teruji. Di bilang wartawan sepakbola, belum genap dua tahun, dan liputannya pun global. Disebut pembina, ya gak ada tim yang dibina. Aaah, sudahlah, maafkan saya ya brader-brader.

Kebahagiaan Ganda

Keberhasilan Spanyol di seminal yang dimainkan di Allianz Arena Stadion, Munich, membuat kebahagiaan saya berganda. Pertama, seperti dialog saya dengan brader Yes, jadi kenyataan. Kedua, pahlawan Spanyol bernama Lamine Yamal, pemain sayap termuda sepanjamg sejarah Piala Eropa, bahkan Piala Dunia.

Lahir di Esplugues de Liobregat, Spanyol, 13 Juli 2007, usianya 16 tahun 362 hari. Pele tampil di Piala Dunia 1958 ketika usianya 17 tahun lebih 7 bulan, kala itu menjadi pemain termuda. Tidak hanya itu, keduanya tampil sangat istimewa. Bahkan Pele terbukti menjadi bintang dunia, sementara Yamal, masih kita tunggu akankah sinarnya terus menyala, atau...

Tidak hanya itu, kesuksesan Spanyol dan Yamal, seolah ingin (saya tak bosan menuliskannya) membuka mata kita 'para penggila' dan pendukung timnas Garuda, bahwa batas dunia sudah nyaris terhapus. Lho, kok?

Ya, kesuksesan Yamal di timnas Spanyol jelas bukti bahwa siapa pun, bukan hanya Skuad Garuda, bisa memperkuat negara mana pun juga. Tidak hanya sepakbola, bahkan banyak pemimpin, Presiden atau Perdana Menteri yang bukan orang asli dari negara yang dipimpinannya.

Peru, pernah dipimpin Alberto Fujimori, 1992-2000. Meski lahir dan besar di Lima, ibukota negara itu, tetapi Fujimori asli lahir dari bapak-ibu Jepang yang bermigrasi ke Peru. Lalu, negeri tetangga kita Singapura, dipimpin oleh seorang Perdana Menteri terlama, Lee Kuan Yew, 1959-1990. Ayah dan ibunya, asli orang Semarang yang berpindah ke semenanjung Malaya, selepas Inggris dan Jepang menguasai negeri itu, Singapura bergabung dengan Malaysia. Lalu, 9 Agustus 1965, Singapura mendeklarasikan kemerdekaannya.

Dari sana, kita bisa melihat bahwa pesepakbola tidaklah haram untuk memperkuat negara mana pun sepanjang regulasi terpenuhi. Begitu juga para pemain keturunan yang sudah memiliki.Paspor RI, mereka sah sebagai para pejuang yang akan membela merah-putih di kancah mana pun.

Kembali ke Yamal. Meski lahir Spanyol, ayah ibunya bukan orang Spanyol. Ayahnya Mounir Nasraouii warga negara Turki dan ibunys Sheila Ebana, asli orang Guinra-Khatulistiwa, Afrika Barat. Keduanya bermigrasi ke Perancis jauh sebelum Yamal dilahirkan.

Tak heran jika Yamal beragama Islam dan bersikap tidak seperti anak-anak remaja Spanyol. Ia malah terbilang sangat baik untuk ukuran anak-anak Eropa. Langkah yang paling fenomenal ketika uang hasil kontraknya dari klub Barcelona untuk membeli tiga rumah. Salah satunya diperuntukan untuk sang nenek.

Dari data yang beredar, Yamal dikontrak 2023-2026 oleh Barceloa sebesar 1 miliar Euro, jika dirupiahkan angkanya super fantastis Rp 17, 609 triliun. Sesuatu yang amat tinggi nilainya.

Jadi, sekali lagi, kebahagiaan saya begitu luar biasa. Dalam laga semifinal, sebelum Yamal merobek gawang Perancis yang dikawal Mike Maignan (kulit hitam, maaf bukan ingin rasis), di menit 21, pada menit ke-4 bola silangnya gagal dimanfaatkan oleh Fabian Ruiz.

Gol Yamal sendiri begitu indah. Ia menguasai si kulit bundar di luar kotak penalti, lalu melesakkan dengan kaki kiri ke sudut kanan gawang Perancis, 1-1.

Spanyol melaju ke semifinal setelah gol bunuh diri pemain belakang Perancis....