Semuanya itu bersatu di bawah federasi resmi. Untuk event di Bali ini berada di bawah pengawasan langsung Jujitsu Asian Union (JJAU), federasi resmi yang menaungi cabor jujitsu di tingkat Asia. Sekilas Mahesa menjelaskan, kategori jiujitsu, yang sebelumnya dikenal dengan sebutan newaza, pada pertandingan ini atlet tidak dibolehkan menggunkan teknik pukulan dan tendangan. Atlet jiujitsu hanya boleh menggunakan teknik-teknik bantingan dan kuncian.
Sedangkan pada kategori fighting system, atlet boleh memukul dan menendang dengan terkontrol yang dilanjutkan dengan bantingan dan kuncian. Ada juga kategori show system yang mempertandingkan gerak seni dan keindahan.
Terbaru, cabor jujitsu juga mempertandingkan versi full contact atau contact jujitsu. Sekilas, laganya terihat seperti pertarungan MMA. Hanya saja tetap memakai gi dan pengamanan di bagian tulang kering dan kepala.
Dijadwalkan pertandingan digelar Sabtu-Minggu, 6-7 Juli di Liga Bali Arena, Denpasar. Pertandingan juga dimulai dari kelompok umur: U16, U18, U21 hingga dewasa.
"Salah satu tujuannya juga sebagai upaya pembinaan prestasi sejak usia dini," kata dia. Masing-masing negara mengirimkan atlet terbaiknya. Sehari sebelumnya juga digelar seminar dan sertifikasi wasit juri jujitsu internasional.
"Semoga semakin banyak wasit jujitsu Indonesia yang bersertifikasi internasional," harap Mahesa. Seminar dan sertifikasi wasit jujitsu ini juga diikuti oleh wasit dari negara di Asia Tenggara. Mahesa menjelaskan, event tingkat regional ini sengaja digeliatkan agar prestasi jujitsu di negara-negara Asia Tenggara makin diperhitungkan.
Berikutnya event ini akan rutin digelar. Sebagai tuan rumah, Mahesa berharap, agenda ini bisa menggeliatkan dunia pariwisata di Indonesia. "Kita pilih Bali, karena Bali menyatakan paling siap," katanya.