Irak tentu lawan tangguh. Mereka didukung tujuh pemain yang berkompetisi di negara Eropa. Tapi secara tim, kualitasnya masih di bawah Uzbekistan. Thailand, bisa mengalahkan Irak 2-0, Garuda Muda pun pasti bisa.
Soal taktik permainan sulit dianalisis, bisa berubah. Yang pasti tipe bermain Irak lebih terbuka. Tidak seperti Uzbekistan rapat menutup semua wilayah. Kabarnya, pemain Uzbekistan bila jaga lawan, saking rapatnya, embusan nafasnya terasa di tengkuk.
Karakter pemainan Irak lebih rengang, mereka lebih senang menyerang. Senjata Irak menyerang balik dengan cepat dari sayap, diakhiri umpan ke mulut gawang, berbahaya. Begitu juga true-pass, bola terobosan dari lini kedua.
Untuk mengatasinya, komunikasi antar pemain Garuda Muda harus jalan. Pemain disiplin dan saling mengingatkan. Jaga arah bola, jaga pula pergerakan lawan di kotak pinalti. Awasi pemain lini kedua yang menerobos dari belakang.
Ferari, Komang dan Justin Hubner hati-hati membuat pelanggaran. Terutama yang berbuah pinalti dan kartu merah. Kontrol emosi, jangan terpancing. Kasus kartu merah Sananta dan Rizky Ridho jadi pelajaran.
Dalam menyerang, kita berharap Garuda Muda kembali bermain rapi, agresif dan tajam. Perlihatkan lagi serangan terorganisir yang cepat, menusuk, dalam bentuk umpan-umpan pendek, dilakoni tiga sampai empat pemain.
Witan, Marselino, Arhan, Nathan, Ivar, Rio/Fajar kembali berani menusuk dengan bola di kaki, dikombinasi taktik wall-pass. Sementara Rafael Struick tambah liar, membuat kiper lawan repot, dengan shooting jarak jauhnya.