Oleh:
M. Nigara
Wartawan Tinju Senior
Komentator Tinju tvone
Antv – BUAH JATUH, tidak jauh dari pohonnya. Pepatah kuno itu sangat tepat kita sematkan kepada para jagoan berikut ini. Muhammad Ali, Joe Frazier, Julio Cesar Chavez, dan Floyd Maywether Senior, dan beberapa juara dunia tinju yang ternyata jejaknya diikuti oleh para penerusnya.
Hebatnya, tidak melulu anak-anak lelaki, ada beberapa perempuan yang mengikuti jejak dengan baik, meski tidak sehebat sang ayah, tetapi hasil yang dicapai tetap sangat membanggakan. Dan seperti klop dengan pepatah lama itu.
Adalah Laila Amaria Ali atau dikenal dengan Laila Ali saja. Lahir di Miami Beach, Florida, 30 Desember 1977. Tidak seorang pun yang menduga, termasuk Ali dan Veronica Porsche istri ketiga, ibu Laila, jika gadis cantik mereka memiliki keinginan yang amat besar untuk mengikuti jejak sang ayah.
Langkah Laila ditentang oleh sang ayah. "Tidak ada wanita yang bertinju. Tidak bisa dan tidak boleh," kata Ali, kenang Laila.
Tapi, sang ayah tidak berkutik karena Laila sudah dewasa, 22 tahun saat mengambil keputusan untuk bertinju. Laila sukses menjadi juara dunia IBA/WIBF/WIBA/WBC Female Light Heavywight sejak laga ke-12 (17/8/2002) hingga laga-24 (3/2/2007) dengan catatan rekor 24 (21)- 0- 0.
Begitu juga dengan Jacqueline Jacqui Frazier yang lahir Beufort, South Carolina, Amerika, 2 Desember 1961. Sekali lagi, sang ayah yang tak lain, Smokin Joe atau Joe Frazier, mantan juara dunia tinju kelas berat dan Florence Smith, sang ibu, sangat terkejut dengan keputusan Jacqui naik ke atas ring. Masalahnya, sang putri semasa sekolah dan kuliah, bergelut dengan Softball, bola basket, dan hoki.
Selain itu, ia termasuk mahasiswi yang cerdas dibuktikan dengan beberapa beasiswa ia peroleh. Dan pada akhirnya, ia dapat meraih gelar doktor di bidang hukum pidana. Ia kemudian sukses membuat biro hukum sendiri. Di tahun 2008, ia terpilih menjadi hakim pengadilan di kota Philadelphia.
"Saya terinspirasi oleh Laila," katanya seperti dituliskan oleh Wikipedia.
Hasrat yang paling dalam ingin membalas kekalahan sang ayah. Tapi sayang, niatnya tak kesampaian, Jacqui justru kalah di tangan Laila, dalam laga bersejarah pertama kali laga tinju wanita dijual lewat Pay Per-View (8/6/2001). Rekornya 15 (9)- 1- 0.
Lebih Hebat
Dari banyak para penerus yang rata-rata prestasinya tidak sehebat sang ayah, satu-satunya yang paling top adalah Floyd Mayweather Junior. Meski sempat berselisih berat dengan sang ayah, catatan: Money, Pretty Boy, TBE (The Best Ever) julukan Sang junior, hanya diawal karier didampingi sang ayah.
Setelah terjadi perbedaan berat, sang junior memecat sang senior dan menggantinya dengan pamannya Roger Mayweather.
Bahkan ketika akan bertemu dengan Oscar De La Hoya (5/5/2007), ia pun tak perduli ayahnya saat itu berada di kubu sang lawan. Malah terkesan ia ingin membuat sang ayah tak berdaya. Beruntung, Oscar menyadari hal itubdan meminta agar Mayweather senior menepi sesaat.
Pertarungan itu memang sangat dinantikan banyak pihak. Oscar dengan lebel yang kuar biasa, juara di enam kelas berbeda juara betahan di WBC Middleweight bertemu dengan seorang yang sedang ngebut di jalur Rising Star.
Tak heran penjualan PPV nya mencapai 2,4 juta menghasilkan 1,95 juta, laga Tyson vs Holyfield. Laga Oscar itu menghasilkan 120 juta dolar atau Tp Rp1,5 triliun.
Oscar sendiri memecahkan rekor penghasilan Rp771,4 miliar, menumbangksn rekor yang dipegang Tyson Rp465 miliar. Dan Mayweather junior juga memecahkan perolehan dirinya Rp332,5 miliar.
Bukan hanya itu, kisah ini juga membuat Mayweather pun akhirnya membuat perusahaan sendiri dan menjadi paling sukses bukan hanya di antara para petinju, tapi juga paling kaya dari seluruh atlet. Data terakhir kekayaannya mencapai Rp 17 triliun.
Hasil ini jauh dari capaian sang ayah. Bukan hanya prestasi, tapi juga materi. Meski demikian fakta yang tidak terbantahkan tanpa adanya Floyd Jo Mayweather maka tak akan pernah terlahir ke dumia seorang Floyd Joy Mayweather.
Di bawah ini beberapa daftar penerus jejak itu:
No. 1
Muhammad Ali 61 (37)- 5- 0