Piala Dunia U-17 2023, Usai, Indonesia Sebagai Tuan Rumah Tuai Pujian dan Kritikan

Piala Dunia U-17 2023, Usai, Indonesia Sebagai Tuan Rumah Tuai Pujian dan Kritikan
Piala Dunia U-17 2023, Usai, Indonesia Sebagai Tuan Rumah Tuai Pujian dan Kritikan (Foto : antvklik-Aziz Arriadh)

Antv – Piala Dunia U-17 di Indonesia bisa dikatakan sukses. Selain animo untuk menyaksikan tiap laga cukup tinggi, para peserta pun memberikan acungan jempol atas hospitality dan kesiapan venuenya.

Wakil Ketua Panitia Pelaksanan (LOC) Piala Dunia U-17 Ratu Tusha mengatakan 24 negara peserta memberikan pujian atas kualitas lapangan. Baik lapangan latihan ataupun lapangan di empat stadion yang jadi venue Piala Dunia U-17.

Meski ada beberapa pertanding yang sempat tertunda sebelama beberapa menit karena masalah cuaca, tapi kualitas lapangan tetap terjaga saat pertandingan dimulai.

Selain itu, perempuan yang juga jadi wakil ketua umum PSSI itu menambahkan pelayanan dari Indonesia sebagai tuan rumah juga mendapat banyak pujian dari peserta. Bagaimana Indonesia sebagai tuan rumah mampu memenuhi semua kebutuhan yang diinginkan oleh tim peserta.

''Buat kami (LOC), pujian tertinggi memang datang dari tim-tim peserta. Mengingat tim-tim kelas dunia pasti memiliki riders (daftar permintaan khusus) pasti sangat banyak dan itu semua bisa terpenuhi," tuturnya.

img_title
Wakil Ketua Panitia Pelaksanan (LOC) Piala Dunia U-17 Ratu Tusha saat memberikan keterangan kepada awak media. (Foto: antvklik-Aziz Arriadh)


Di luar pujian, ada kritikan yang lumayan pedas juga disampaikan oleh FIFA. FIFA memberi beberapa poin terkait evaluasi. Ada tiga poin yang sudah disodorkan kepada LOC.

Poin evaluasi pertama menurut Tisha adalah soal perencanaan. Dia menjelaskan ada waktu persiapan yang mepet untuk menggelar Piala Dunia U-17 membuat adanya gap terkait perencanaan dan implementasinya.

''Untuk FIFA ini harus tepat penerimaannya. Misalnya, jika perencanaannya 70 persen, maka implementasinya juga harus 70 persen. Lalu, kalau rencananya A ya implementasinya juga harus A,'' paparnya.

Yang kedua adalah adanya perbedaan sistem manajemen. Khususnya di beberapa kementrian yang tidak punya sistem sama dengan FIFA. Akibatnya, monitoring dari FIFA sangat sulit dilakukan.

Poin terakhir soal evaluasi adalah terus berprogres. Dari 50 pertandingan yang sudah berjalan harus terus ada perbaikan.

''Jadi tiap pertandingan kualitasnya harus lebih baik,'' tegasnya.