"Semua toilet gitu-gitu aja, dan fasilitas yang lain tetap seperti itu. Lalu yang paling utama itu, sistem pembelian tiket yang memberatkan. Kita tidak menolak online, karena kita dari musim kemarin sudah online. Hanya sistem pembelian sekarang itu rumit, karena harus lewat aplikasi yang harus diverifikasi," lanjutnya.
Tobias menjelaskan saat ini banyak komunitas yang harus mendapatkan tiket secara individu atau tidak kolektif. Hal ini memberatkan untuk komunitas yang biasa berangkat secara rombongan dari daerahnya.
"Sedangkan kan untuk komunitas biasanya kolektif karena banyak berangkat rombongan dari luar kota dan sebagainya. Dan menurut kita itu belum ada titik temu dari PT PBB sendiri masih menutup mata atas masalah itu," ungkapnya.
Dalam aksinya ini, Tobias sebenarnya tidak mau mengganggu konsentrasi pemain yang tengah berjuang di Liga 1. Akan tetapi, permasalahan tiket belum menemukan titik temu.
"Kami sangat membuka diri jika manajemen ingin mengadakan dialog. Tapi kita ingin dialognya juga terbuka saja. Bisa disaksikan oleh banyak orang, oleh semua Bobotoh, sehingga tidak ada yang ditutup-tutupi. Kita tidak mau hanya pertemuan satu atau dua orang," terangnya.
"Bagusnya itu terbuka untuk semua orang, semua orang bisa menyampaikan aspirasinya dan mereka bisa mendengar langsung keluhan-keluhan. Dan semua bisa menilai. Jadi kami terbuka kalau mau diskusi lebih baik," tambahnya.