Jadi Inspirasi, Tiga Atlet Akuatik Yogyakarta Raih Beasiswa Kuliah di Luar Negeri

Aurel Kartika Dharma (kuning) Gabriella Gwen Lambert (biru)
Aurel Kartika Dharma (kuning) Gabriella Gwen Lambert (biru) (Foto : PRSI Yogyakarta)

Antv – Prestasi membanggakan diraih tiga atlet akuatik Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta. Mereka, Nabilah Marwa Khairunnisa Umarella, Aurelia Kartika Dharma, dan Gabriella Gwen Lambert, mendapat beasiswa kuliah di perguruan tinggi di luar negeri.

Mereka sudah pasti menghapus stigma bahwa atlet itu bodoh, malas belajar dan tidak tertarik atau menekuni pendidikan formal. Keberhasilan tiga atlet itu meraih beasiswa menunjukkan bila siapa pun yang menekuni cabang olahraga tertentu bukan berarti mengabaikan pendidikan.

Nabilah, yang akrab disapa Lala, misalnya harus membagi waktu untuk belajar dan menjalani latihan atau bertanding. Saat berlomba di sebuah kejuaraan internasional renang artistik di Toronto, Kanada, dirinya hanya beristirahat beberapa jam karena sudah harus mengikuti pelajaran atau pertemuan secara online.

 

img_title
PRSI DIY dan Klub JAQ selalu support atlet akuatik Yogyakarta. (Foto: PRSI Yogyakarta)

 

"Setelah berlomba, dia hanya punya waktu istirahat selama dua jam karena sudah harus mengikuti zoom. Usai zoom, dia kembai beristirahat beberapa jam dan kemudian kembali berlomba," kata Rosa Palmastuti yang mendampingi Nabilah saat berlomba di Toronto.

"Ini hanya bisa dilakukan oleh atlet yang memiiki disiplin, kemauan keras dan mindset bahwa renang itu tidak untuk menang. Ada goal yang sesungguhnya yaitu memenangkan kehidupan masing-masing," ucap Rosa di Yogyakarta, Jumat, 2 Juni 2023.

Nabilah sendiri mendapat beasiswa kuliah di University of British Columbia, Kanada. Dirinya mengambil jurusan Psychology (Psikologi). Sedangkan Aurelia memilih kuliah di Wageningen University, Belanda. Dirinya mengambil program studi Food Technology atau Teknologi Pangan. Berbeda dengan Gabriella Gwen yang mengambil jurusan Linguistik (Linguistics) di University of Massachusetts, Amherst, Amerika Serikat.

img_title
Nabila, atlet akuatik Yogyakarta yang dapat beasiswa di luar negeri. (Foto: PRSI Yogyakarta)

Ketiganya memang mendapat beasiswa Indonesia Maju dengan menempuh pendidikan tinggi di universitas berbeda. Namun mereka menerima beasiswa penuh atau fully funded. Artinya tidak hanya biaya pendidikan tetapi juga biaya hidup di negara tersebut.

Keberhasilan mereka mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri diharapkan bisa menginspirasi atlet muda lain. Bahwa bisa menekuni olahraga akuatik atau cabang lain, atlet tetap memiliki kesempatan meraih prestasi di pendidikan formal. Mereka juga menunjukkan atlet itu bukan pemalas tetapi memiliki disiplin tinggi, sportif dan bersemangat tinggi mencapai target.

 

Bahkan Gwen dkk mendapat beasiswa dari sejumlah universitas di luar dan dalam negeri sehingga harus memilih yang sesuai dengan passion mereka.

"Setelah menerima beasiswa kuliah di luar negeri, saya berharap ini bisa menginspirasi atlet lain untuk meraih pendidikan setinggi mungkin. Meski menekuni olahraga, atlet pun tak perlu meninggalkan sekolah," ucap Aurel.

"Saat kuliah, saya tetap akan berlatih renang. Saya juga ingin mengembangkan pengetahuan dengan mencoba melatih klub," kata dia.

Sementara, Gwen menyampaikan hal senada bila keberhasilan ini mendorong dan menginspirasi atlet muda untuk tidak meninggalkan sekolah dengan alasan fokus renang atau cabang lain.

"Saya berharap ini bisa menginspirasi atlet muda. Saya juga ingin menghilangkan stigma kalau atlet itu bodoh, malas. Saya sudah sering mendengar kata-kata seperti itu," ucap Gwen yang sudah merancang tetap menekuni renang dan ingin berkompetisi antar-universitas.

Apalagi informasi yang diterimanya, kampus di AS kerap menggelar kejuaraan olahraga, termasuk akuatik. Sementara itu, Owner Team JAQ, Boyke Dharma menuturkan klub berusaha menyeimbangkan antara prestasi akuatik dan akademik. Atlet yang menekuni olahraga akuatik dan menuai prestasi diharapkan tidak mengabaikan akademik mereka.

"Karier atlet itu pendek. Jadi atlet harus mempersiapkan masa depan saat dirinya pensiun. Mereka juga harus meraih prestasi di akademik. Ini mengubah stigma atlet hanya mengejar medali dan juara," kata Boyke.

"Kami juga mengedepankan akademik. Kami mengubah mindset dan mendorong atlet untuk mendapatkan kesempatan belajar sampai perguruan tinggi, termasuk kuliah di luar negeri. Semoga mereka yang sudah mendapat beasiswa ini menginspirasi atlet lain," ucapnya.

Boyke menaruh harapan tidak hanya tiga atlet itu yang mendapat beasiswa. Artinya ada generasi berikutnya yang juga mendapatkan beasiswa atau meneruskan sekolah sampai perguruan tinggi.