Hal itu dimaksudkan agar kompetisi Liga 2 juga punya nilai dalam sisi komersial, terutama ikatan dengan sponsor dan kontribusi hak siar dari televisi.
"Liga 2 selama ini dianggap sebagai nomor dua atau kalau tanding kan pasti dianggap kalah, kan? Nah diusulkan ganti nama jadi Liga Indonesia dan Liga Nusantara," tutur Erick.
"Kemarin kami rapat maraton dengan FIFA selama tiga hari dan disepakati. Ini pertama kalinya sebuah negara mempunyai Liga 2 dan Liga 1 tidak digelar kurun waktu kompetisi yang bersamaan, silakan cek.. Bahkan, Liga 1 dan Liga 2 di Inggris, itu kurun waktu yang sama, nah kita ini yang kita bikin terobosan," urai Erick.
Liga 1, atau nantinya Liga Indonesia, akan dimulai pada Juli. Sementara Liga 2, atau rencananya Liga Nusantara, dimulai November. PSSI coba memaksimalkan nilai jual keduanya, bahkan memberi ruang untuk tim Liga 2 membentuk operator sendiri jika mampu tanpa campur tangan PSSI.
"Yang saya akan ikut campur adalah menjaga agar mereka tidak akan saling bunuh dalam berkompetisi. Kan mesti ada wasitnya, itu yang saya akan jaga kriteria-kriteria yang disepakati selama sarasehan. Terpenting Liga 1 dan Liga 2 harus bersaing secara sehat.”
"Kedua-duanya (Liga Indonesia dan Liga Nusantara) akan memperebutkan Piala Presiden, dan perubahan itu segera dideklarasikan dengan detail dan format apa yang akan dibuat," beber Erick.
Sementara itu, Bima Sinung Widagdo selaku CEO PSIM Jogja menjelaskan bahwa klub memang ingin menatap ke depan soal pelaksanaan kompetisi Liga 2 nantinya. Ia tidak menepis bahwa waktu dimulainya Liga 2 terlalu jauh, yakni November. Namun, klub berharap ada turnamen pramusim yang digelar, karena hal itu juga penting untuk pemain.