www.antvklik.com - Pino Bahari, adalah petinju terakhir Indonesia yang sukses meraih medali emas di ajang Asian Games. Di Beijing, Cina, petinju kelahiran Bali, 15 Oktober 1972 itu mengalahkan Petinju Mongolia, Bandiin Altangerel di kelas Menengah 75 Kg. Capaian Emas itu turun di Asian Games 1994. Hermensen Ballo dan Nemo Bahari hanya mempersembahkan Perunggu.
Namun, di Asian Games 1998, Hermensen Ballo yang tampil di Kelas Terbang 51 Kg naik mempersembahkan Medali Perak, sementara Willem Papilaya juga merebut Medali Perak Kelas Welter Ringan 63 kg. Sayang, di Asian Games 2002, 2006, 2010, dan 2014 cabang tinju, yang selama sekian tahun setia mempersembahkan medali seperti tiarap.
“Semoga ada kebangkitan di Asian Games 2018 ya, apalagi digelar di Jakarta dan Palembang. Motivasi tentu berlipat. Selain berdoa, saya juga berharap petinju penerus saya bisa lebih hebat,” ujar Pino Bahari yang pernah aktif di ke promotoran tinju dan kini menangani Sasana Tinju Cakti Gibor Denpasar, Bali.
Pino mengenang, ayahnya Daniel Bahari mendidik 4 anaknya dengan keras sejak usia belasan tahun. Selain Pino, yang sukses meraih Emas Asian Games 1990 dan Perak Sea Games 1995, ketiga adiknya, Nemo, Champ dan Daudy Bahari juga sukses menekuni kariernya sebagai petinju. “Mengenang tahun 1990, saya pun tak menyangka atau diprediksi meraih emas, namun saya selalu optimis dan yakin bisa berikan yang terbaik untuk Indonesia. Kami dididik dengan keras,” ujar Pino mengenang.
Sejak SD, Pino mengaku sudah diperkenalkan dengan tinju, oleh ayahnya Daniel Bahari yang dikenal sebagai pelatih dan promotor tinju. Pino Bahari dibiasakan bertanding dengan lawan lebih besar dan lebih tua, bahkan juga orang asing yang mudah ditemui di Bali. Tak heran saat usianya baru 17 tahun dan kerap tampil di Kejuraan Tinju Nasional di akhir tahun 1980-an, Pino mampu memukul KO lawan lawan di kelasnya, dibawah 5 ronde. Tahun 1996, Pino pensiun dari ring tinju, dan fokus belajar Ilmu Kepromotoran Tinju, Bisnis, dan mentransfer ilmu tinjunya di sasana.
“Kesibukan lain kerja sambilan jadi penterjemah. He..he..Beberapa rekan saya banyak jadi pengacara dan kerap butuh penterjemah saat klien mereka berperkara di pengadilan,” jelas Pino.
Ketrampilan bahasa asing Pino terasah karena Pino lama mengeyam pendidikan di Sekolah Tinggi Pariwisata Bali. Dengan ketrampilan komunikasinya, Pino juga tak jarang mendampingi petinju bertanding di dalam atau luar negeri. Ditambah dengan popularitasnya, Pino bahkan juga pernah dipinang Partai Politik menjadi Caleg.