Antv – Film Nafas Harapan merupakan dokumenter yang mengisahkan perjuangan seorang pasien TBC bernama Indah Lestari. Indah Lestari terpapar TBC Resisten Obat (TBC RO), pada tahun 2022.
Indah merupakan warga Kecamatan Senen yang hidup dalam keterbatasan. Di rumah ukuran 3x3 meter persegi, Indah tinggal bersepuluh dengan keluarga lainnya.
Rumah yang ia tinggal bisa dibilang tidak layak dan kurang sehat karena tidak ada ruang untuk masuk sinar matahari yang cukup serta minimnya ventilasi udara.
Berkat dukungan berbagai pihak mulai dari tenaga kesehatan Puskesmas Kecamatan Senen, Perhimpunan Organisasi Penyintas (POP TB Indonesia), hingga Yayasan Arsitektur Hijau Nusantara (Yahintara) yang membantu renovasi rumah Indah.
“Dalam merenovasi rumah tersebut terdapat beberapa aspek yang difokuskan agar menjadi hunian yang layak dan bebas TBC seperti adanya pencahayaan sinar matahari, penghawaan (perputaran udara), serta sanitasi (pembuangan air limbah)” jelas Ar. B. Evita Sekarsari, ST, M.ars., IAI selaku Koordinator Wilayah Jakarta Yahintara.
Film dokumenter yang disutradarai oleh Gautama, Music & Producer Indonesia-Malaysia ini dirilis oleh Kementerian Kesehatan RI pada tahun 2023.
Film ini bertujuan untuk mengedukasi masyarakat mengenai TBC sehingga bisa meredam stigma terhadap pasien maupun penyintas TBC.
Ada fakta menarik yang dilontarkan oleh Gautama. Pemilihan Indah sebagai pemeran utama tidak terencana sebelumnya.
Gautama memilih Indah karena memiliki kisah yang realistis dan wajar untuk diceritakan.
“Dalam pembuatan film ini, pastinya kami melakukan riset terlebih dahulu dengan melihat data akurat terkait TBC dari Kementerian Kesehatan. Setelah itu, kami membuat script selama 2-3 hari. Awalnya kami menjadikan Indah hanya sebagai pemeran pendukung, tetapi setelah melakukan komunikasi intensif dengan Indah, kami berubah pikiran dan memutuskan untuk menjadikan Indah menjadi pemeran utama. Namun, untuk membuat film ini, kami menghadapi beberapa hambatan diantaranya, yaitu kesulitan dalam meng-explore Indah karena Indah masih merasakan trauma akibat TBC sehingga enggan untuk berbicara. Selain itu, lokasi pengambilan film yang cukup memprihatinkan sehingga menyulitkan dalam produksi film tersebut” jelas Gautama.