Irama Nusantara juga menyajikan pengalaman baru dalam menikmati lagu-lagu masa lampau lewat festival musik Irama Berdendang yang mengusung konsep panggung tribute.
Menariknya, para penampil bukan saja membawakan lagu-lagu lama yang populer, tetapi juga memberi ruang dengar untuk lagu-lagu masa lalu yang kini sudah terlupakan. Irama Berdendang menjadikan jargon "Musik Baru Dari Masa Lalu" yang kerap digaungkan Irama Nusantara relevan dengan lanskap musik hari ini.
Terkait Festival Irama Berdendang, Gerry mengemukakan, adalah sebuah mandatory program musik. Gerry menjelaskan, tidak cocok kiranya suatu ekshibisi musik namun tak menampilkan pertunjukannya ke khalayak.
“Format tribute jadi pilihan untuk memperkenalkan musik Indonesia dari masa lalu melalui musisi idola generasi muda terkini. Menariknya juga adalah format DJ atau selector yang kami buat khusus satu buah lounge untuk menangkap fenomena terjadi belakangan yakni menjamurnya DJ membawakan musik dari masa lalu,” pungkas Gerry.
Para penampil Irama Berdendang adalah Bilal Indrajaya yang akan membawakan lagu-lagu dari album ikonik Badai Pasti Berlalu, NonaRia yang akan membawakan karya Ismail Marzuki, The Panturas membawakan karya-karya Eka Sapta dengan gaya Indorock '60-an, hingga Diskoria memutar disko klasik Indonesia.
Tidak hanya itu, akan ada juga Endah N' Rhesa membawakan folk Indonesia, Louise dan Gallaby yang membangkitkan kenangan akan sosok Roekiah, dan sejumlah penampil lain seperti Dipha Barus, Mondo Gascaro, Batavia Collective berkolaborasi dengan Fariz RM, White Shoes & The Couples Company, Alunan Nusantara, Dua Sejoli, Bangkutaman, JIWA JIWA, Dangerdope, Aryo Adhianto & The Ruko Riots, Udasjam, Midnight Runners, hingga Swaragembira.