Antv – Setelah rilisnya film dokumenter berjudul 'Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso,' masyarakat kembali diingatkan tentang kasus pembunuhan yang melibatkan Wayan Mirna Salihin yang meninggal akibat keracunan sianida.
Dalam film tersebut, berbagai kesaksian dari berbagai pihak disajikan. Salah satunya adalah kesaksian dari seorang wartawan TV bernama Fristian Griec. Dalam film tersebut, Fristian Griec mengungkapkan bahwa ia pernah menerima sebuah surat dari Jessica Wongso.
"Tapi ada satu momen saya mendapatkan secarik kertas kecil, diserahkan oleh pengacaranya Jessica. Ternyata itu adalah tulisan tangan dari Jessica," ujar Fristian Griec dalam film yang tayang di Netflix itu.
"Dia hanya menulis 'i really like your wardrobe'," sambungnya.
Saat mengetahui hal tersebut, Fristian Griec mengaku sempat takut karena ia menjadi perhatian dari terdakwa dalam kasus pembunuhan ini. Namun, akhirnya ia memutuskan untuk memberikan surat balasan kepada Jessica.
"Saya menulis kembali, kita seumuran, kita sama sama Libra, kita berbeda tiga hari, dan bershio naga. Dan saya kembalikan kertas itu ke Jessica," ujar Fristian Griec.
Kemudian, Fristian Griec mempunyai kesempatan untuk berbicara langsung dengan Jessica Wongso di tengah jeda persidangan. Pada saat itu, Fristian Griec merasa bahwa Jessica sangat terbuka dalam percakapannya.
"Tapi kemudian saya perhatikan. Saya melihat dia sangat manja, kadang makan harus disuapi oleh ibunya. Di saat psikolog menggambarkan dia sebagai sosok yang terstruktur, bisa menyusun rencana sedemikian rapi, itu suatu hal yang sangat kontradiktif. Yang digambarkan bukan Jessica," kata Fristian Griec.
Dalam film dokumenter Ice Cold tersebut juga ditampilkan salah satu scene yang mengulas tentang buku diary Jessica.
"Saatnya membahas hari saat kami seharusnya bertemu untuk mengopi. Mereka merasa curiga karena aku memesan sebelum teman-temanku datang,” demikian isi buku harian Jessica yang dibacakan oleh narator dalam film dokumenter garapan Rob Sixmith tersebut.
"Aku tak menyangka mereka akan tiba 40 menit kemudian, mereka juga merasa curiga saat aku memindahkan kantong kertas. Aku hanya bosan. Media mulai mengintai rumah kami. Kami harus sembunyi-sembunyi untuk masuk ke rumah kami sendiri. Beberapa hari kemudian, aku ditangkap," tulis dia.
"Aku menghabiskan malam berbaring di lantai yang keras dan dingin sambil menatap ruang kosong. Satu hal yang pasti, dunia telah runtuh menimpaku,” tambahnya.