Antv – Kabar membanggakan datang dari dunia perfilman Indonesia. Pasalnya, kini, Indonesia mendapatkan fokus khusus di salah satu ajang festival film bergengsi, yaitu Busan Internasional Film Festival (BIFF). BIFF 2023 sendiri akan digelar pada tanggal 4 – 13 Oktober mendatang.
Program khusus yang diperuntukkan untuk film-film Indonesia bertajuk Renaissance of Indonesian Cinema ini akan menayangkan film-film panjang, film pendek dan serial, baik yang terbaru maupun yang sudah dirilis sebelumnya.
Keberlangsungan program tersebut di Busan, Korea Selatan nanti didukung sepenuhnya oleh Direktorat Perfilman, Musik dan Media, yang bertugas sebagai fasilitator.
Akan ada ratusan orang dari kalangan sutradara, produser, aktor dan lainnya yang terbang ke Busan. Mereka diharapkan dapat memperkenalkan lebih jauh sekaligus tentang film Indonesia sebagai salah satu produk budaya dan menjadi representator Indonesia bagi penonton internasional.
Dalam ajang tersebut, para filmmaker dan aktor Indonesia sekaligus dapat bergaul dan berjejaring langsung dengan komunitas film global dengan jangkauan yang lebih luas.
“Ya tentunya ini adalah hasil dari kerja sama antarproduser, antarfestival yang ada di Indonesia maupun di luar negeri. Posisi Kemendikbudristek adalah memfasilitasi pertemuan-pertemuan itu terjadi, mendorong kerja sama-kerja sama tentunya antar stake-holder di bidang perfilman,” kata Alex Sihar selaku Staff Khusus Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi pada konferensi pers yang digelar pada Senin, 2 Oktober di Gedung Kemendikbudristek RI, Jakarta.
“Dan tentu program ini yang diinisiasi oleh Busan International Film Festival, juga atas dasar komunikasi antara para programmer pusat internasional film festival yang memang sebenarnya punya keinginan untuk membuat special section yang kemudian dikomunikasikan dengan programmer dan para pembuat film di Indonesia. Komunikasi ini yang kita fasilitasi,” sambungnya.
Busan Internasional Film Festival sendiri merupakan salah satu festival film terbesar dan bergengsi di Asia yang memiliki market terbesar. Hal ini tentu menjadi titik penting bagi dunia perfilman Indonesia untuk melangkah lebih jauh lagi.
“Posisi BIFF selalu jadi poin melangkah yang signifikan untuk para pembuat film, terutama pembuat film dari Asia. Begitu sudah step-in di Busan biasanya terbuka semua pintu lain di internasional,” ujarnya.
Sebut saja Kamila Andini, Mouly Surya, Yosep Anggi Noen, dan Edwin, adalah sederet sineas Indonesia yang memulai langkah di Busan International Film Festival.
Pemerintah berharap akan lebih banyak lagi kelahiran sineas-sineas baru yang mampu menembus ajang bergengsi berskala Asia ini untuk kemudian melambung lebih jauh lagi di tingkat dunia.
“Ketika mengetuk pintu di Busan, kemudian Busan memberikan ruang kepada mereka, tiba-tiba semua pintu internasional lain terbuka,” imbuhnya.
Alex Sihar menambahkan bahwa pemerintah, dalam hal ini Kemendikbudristek, memegang peranan penting untuk mendorong terjadinya diplomasi kebudayaan semacam ini.
“Tentunya pemerintah punya tugas untuk mendorong terjadinya diplomasi internasional Indonesia melalui perfilman, sebagai bagian dari kebudayaan, sebagai bagian dari kesenian, sebagai bagian dari industri,” tutupnya.