“Semoga konser ini bisa jadi pengingat, walau hari-hari terasa berat, namun kita akan terus berjalan, merawat, bertumbuh, terus berproses menjadi versi terbaik diri, dan bersama-sama merayakan ketidaksempurnaan kita semua di Pertunjukan Tutur Batin ini,” tambah Yura.
Berbeda dengan konser virtual sebelumnya, Yura akan memaksimalkan energi dan bunyi yang akan langsung menyuguhi telinga dan mata audiens. Ujaran kata dan lantunan nadanya akan menghasilkan daya magis lebih saat dirasakan di tempat.
“Inspirasi utamanya tentu saja jiwa Yura sendiri. Yang terpenting adalah rasa autentik ketika saya dan Yura mulai menulis satu persatu lagu di album ini,” jelas Creative Director dan juga suami Yura, Donne Maula.
“Mudah sekali untuk membuat pertunjukan gegap gempita dengan sound, lighting dan visual yang megah, tapi tidak begitu dengan rasa. Untuk kami, yang terpenting adalah rasa," sambungnya.
Aspek tradisional ini akan muncul di segala sisi, dari lagu berbahasa daerah yang akan dibawakannya hingga busananya di atas panggung nanti yang akan dirancang oleh desainer ternama asal Bandung, Ayung Berinda, yang identik mempergunakan kain tradisional di setiap karyanya.
Namun, hal utama yang ingin Yura bawakan dari album ke konser tunggal ini adalah imperfeksi di hidup dan diri kita. Pertunjukan Tutur Batin ingin menjadi pengingat bahwa ketidaksempurnaan dapat menjadi hal yang baik, bahkan indah. Imperfeksi ini justru menjadi pesan terkuat Yura, yang sendirinya tidak memiliki standar tipikal solois perempuan di Indonesia.