Wanita blasteran Bangladesh itu selama dua minggu kerap mendapat perlakuan tindak kekerasan. Hal tersebut membuatnya selalu merasa cemas dan tidak bisa tidur setiap malam.
“Waktu itu istilahnya ada ruangan penyiksaan di tempat gym gitu kecil. Selama 2 minggu gue diperlakukan seperti itu. Ditendangin, dikata-katain. Yang terjadi waktu itu ya mental gue rusak lah. Setiap malem gue nggak bisa tidur, gue anxious (cemas). Gue setiap mau bangun latihan pagi ‘gue diapain lagi ya hari ini gitu’,” beber pemain KKN di Desa Penari itu.
Karena tidak kuat diperlakukan seperti itu, Aghniny Haque pun akhirnya mengadu ke ibunya. Sebab ia tak tahu harus mengadu ke siapa lagi. Setelah itu sang ibu menelepon pihak pengurus meminta untuk anaknya bisa pulang.
“Akhirnya telepon ibu, ibu telepon ke pengurus, akhirnya ibu minta gue pulang dan gue memberanikan diri buat ngomong ke pelatih tersebut kayak ‘gue udah nggak kuat, terserah lu mau nganggap gue pecundang atau apa terserah lo’,” jelas Aghniny Haque.
Setelah kembali pulang ia malah merasa rendah diri hingga tidak percaya diri dan tidak tahu mau ngapain. Namun ia bersyukur ketika sedih ia bisa ngadu ke keluarga dan berdoa kepada sang Maha Kuasa.