Buya Yahya kemudian melanjutkan bahwa pemahaman mengenai ilmu psikologi tersebut terhadap orang yang marah adalah agar orang tersebut dapat membenahi dirinya dan mengobati diri agar terhindar dari penyakit mental.
"Maksutnya itu dipahamkan tentang psikologi itu adalah biar kamu berbenah dong, harus diobati kalau tidak ujung-ujungnya gila nanti. atau mengantisipasi atau dia menghindar dari hal-hal yang memicu penyakit,"
“Tapi semua masalah yang berkaitan dengan mental, itu ada ilmu yang harus dipahami. Sehingga kalau orang sudah mentalnya nggak bener, kadang marahnya sudah nggak beraturan. Kadang marah di tempat yang tidak seharusnya. Kemudian menjadi pendendam dan sebagainya,” ucap Buya Yahya.
Pasalnya banyak orang yang tak membenahi diri dan jiwanya saat dalam kondisi marah yang memuncak, tetapi malah menyalahkan permasalahannya tersebut. Terlebih apabila orang tersebut juga menyalahkan penyakitkan kepada orang lain.
“Saya begini ini karena tertekan. Jangan bilang karenanya, kamu sakit, berobat. Saya begini karena suami saya Buya. Suasana saya tertekan sampai saya depresi karena suami saya. Suamimu memang telah membuatmu depresi. Tapi bisa saja suamimu itu juga depresi berbuat begitu karena kamu,” jelas Buya.
Selain itu, Buya Yahya juga menuturkan bahwa kejadian yang kerap terjadi di lingkungan yang menyebabkan depresi atau masalah mental hendaklah diatasi.
Ia juga mendefinisikan bahwa orang yang cerdas itu bukan orang yang pandai menghafal, melainkan jika berada di satu permasalahan dia mudah mengelola masalah dan amarah dengan kepala dingin.