Antv – Peduli kemanusiaaan, Indonesia kembali mengirimkan bantuan ke Jalur Gaza, Palestina, 10 alat medis non-elektrik, beserta 18 item atau 3,3 ton yang terdiri dari 2.400 kotak obat-obatan.
"Barang-barang ini tidak berbentuk elektrik karena di sana (Palestina, red) listrik sudah tidak ada. Rumah sakit juga sudah susah beroperasi sehingga alat-alat ini memudahkan kita melakukan tindakan di lapangan," kata Kepala Pusat Kesehatan Kemenkes, Sumarjaya, di Bandara Soekarno Hatta, Rabu dini hari (21/11/2023).
Ia mencontohkan, ketika ada korban luka robek, maka hanya itu disiapkan jarum suntik serta benang dan plesternya untuk menjahit.
"Nah, untuk menghilangkan demam dikasih obat panas. Disiapkan ada ada juga antibiotik untuk seperti Gentamicin, Amoksilin dan sejenisnya seperti itu," paparnya.
Lebih lanjut Sumarjaya menjelaskan, paket obat-obatan dan perlengkapan medis bantuan kemanusiaan pada tahap pertama, telah masuk ke Palestina. Itu semua telah diterima oleh warga yang menjadi korban dalam konflik di jalur Gaza tersebut.
"Yang pertama sudah masuk semua, dan ini tahap kedua kita sudah komunikasi baik dengan pihak UNRWA. Nanti juga bekerjasama dengan (Palestina, Red)," kata Sumarjaya.
Ia menuturkan, bantuan alat-alat kesehatan atau medis yang sudah diterima itu merupakan alat-alat mencakup emergency kit untuk kebutuhan bedah minor dan ada pula makanan tambahan untuk ibu hamil dan anak berusia di bawah lima tahun (balita).
"Justru itu nanti untuk (bantuan, Red) ada UNRWA. UNRWA itu lah, yang diijinkan untuk menyalurkan semua bantuan kita ke Palestina," ucapnya.
Bantuan kebutuhan medis yang dialokasikan pemerintah ini total senilai Rp31,9 miliar atau setara dengan US 2 juta dolar. Seluruhmya melalui pendanaan Lembaga Dana Kerja Sama Pembangunan Internasional (LDKPI) atau Indonesian AID sebagai bantuan tahap kedua dari Indonesia.
Ia menyebutkan, untuk kedepannya pemerintah Indonesiaa bakal mengirim bantuan kemanusiaan jika mendapat dukungan kembali dari masyarakat. Bahkan, pihaknya juga akan mengerahkan tim pelayanan medis untuk membantu warga Palestina.
"Kalau nanti ada bantuan dari masyarakat itu kita akan coba komunikasikan kembali. Ini juga mungkin nanti memang kalau sudah berenti perangnya kita bisa memberikan pelayanan ke sana," tandasnya.