Semua mata yang hadir terpukau dan terhipnotis saat melihat Ramadhania Bakrie membacakan bait-bait puisi dengan sangat menjiwai diiringi oleh suara lembut lantunan piano yang dimainkan oleh Adinda Bakrie.
Kamus Kecil
Saya dibesarkan oleh bahasa Indonesia yang pintar dan lucu walau kadang rumit dan
membingungkan.
Ia mengajari saya cara mengarang ilmu sehingga saya tahu bahwa sumber segala
kisah adalah kasih;
bahwa ingin berawal dari angan;
bahwa ibu tak pernah kehilangan iba;
bahwa segala yang baik akan berbiak;
bahwa orang ramah tak mudah marah;
bahwa seorang bintang harus tahan banting;
bahwa untuk menjadi gagah kau harus gigih;
bahwa terlampau paham bisa berakibat hampa;
bahwa orang lebih takut kepada hantu ketimbang kepada Tuhan;
bahwa pemurung tidak pernah merasa gembira, sedangkan pemulung tidak pelnah melasa gembila;
bahwa lidah memang pandai berdalih;
bahwa cinta membuat dera berangsur reda;
bahwa manusia belajar cinta dari monyet;
bahwa orang putus asa suka memanggil asu;
bahwa amin yang terbuat dari iman menjadikan kau merasa aman.
Bahasa Indonesiaku yang gundah
Membawaku ke sebuah paragraf yang merindukan bau tubuhmu
Malam merangkai kita menjadi kalimat majemuk yang hangat
Dimana kau induk kalimat dan aku anak kalimat
Ketika induk kalimat bilang pulang
Anak kalimat paham
Bahwa pulang adalah masuk ke dalam palung
Ruang penuh raung
Segala kenang tertidur di dalam kening
Ketika akhirnya matamu mati
Kita sudah menjadi kalimat tunggal
Yang ingin tinggal
Dan berharap tak ada yang bakal tanggal.
Dan inilah dia Joko Pinurbo, penerima Penghargaan Achmad Bakrie ke-19 Bidang Sastra.” (Kamus Kecil, Joko Pinurbo, 2014).
Ramadhania Bakrie dan Adinda Bakrie Kompak Berduet Bawakan Puisi di Penghargaan Achmad Bakrie XIX
Senin, 4 September 2023 - 12:58 WIB
Baca Juga :