Antv – Pemerintah terus berupaya mempercepat eliminasi penyakit Tuberkulosis atau TBC di tanah air melalui berbagai langkah, mulai dari menggencarkan deteksi, pengobatan, hingga pemberian vaksin.
Dalam rapat terbatas dengan Presiden Joko Widodo, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mendapatkan tugas untuk mepersiapkan tempat karantina khusus bagi penderita TBC.
Nantinya para penderita TBC akan di karantina selama dua bulan agar tidak menulari anggota keluarga lainnya.
Selain karantina, pasien pengidap TBC harus disiplin meminum obat karena pengobatan TBC dilakukan dalam waktu enam bulan dengan minimal dua bulan penuh sampai obatnya bereaksi.
Sejak akhir tahun 2022, pemerintah telah melakukan akselerasi pendeteksian TBC, sehingga saat ini bisa mendeteksi sekitar 720 ribu pengidap dari sebelumnya hanya sekitar 540 ribu.
Saat ini Indonesia berada di peringkat kedua dengan jumlah penderita TBC terbanyak di dunia setelah India, sedangkan di peringkat ketiga adalah negara China.
"Di Indonesia diestimasi setiap tahun ada 969 ribu masyarakat kita yang terkena TBC dan sampai sebelum covid paling banyak bisa teridentifikasi 545 ribuan. Jadi sisanya 400 ribu itu enggak terdeteksi, padahal ini penyakit menular, bisa menular ke mana-mana," ungkap Budi Gunadi Sadikin.
Terkait alokasi anggaran Menkes menyebut, bahwa pihaknya juga mendapatkan donasi dari sejumlah pihak seperti dari USAID yang nilainya mencapai US$70 juta untuk program pengentasan TBC.
Anggaran tersebut digunakan tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh lembaga-lembaga masyarakat untuk membantu mengentaskan TBC.