Raja Charles III Resmi Naik Takhta, Britania Raya Resmi Dipimpin Monarki Baru

Raja Charles III Resmi Naik Takhta
Raja Charles III Resmi Naik Takhta (Foto : The Royal)

Antv – Britania Raya atau Inggris Raya, resmi memiliki pemimpin monarki yang baru usai penobatan Raja Charles III resmi digelar di Westminter Abbey, London, Inggris, pada Sabtu (6/5/2023).

Penobatan Raja Charles III dilakukan dengan memasang mahkota dalam upacara terbesar di Inggris selama tujuh dekade, disertai arak-arakan meriah sejak 1.000 tahun lalu.

Penobatan Raja Charles III dilakukan untuk menggantikan mendiang Ratu Elizabeth II yang mangkat pada September lalu.

“Saya, Charles, dengan sungguh-sungguh dan tulus kepada Tuhan mengaku, bersaksi, dan menyatakan sebagai Protestan yang setia,” begitu petikan sumpah yang diucapkan Raja Charles.

“Dan, saya akan menjunjung tinggi serta mempertahankan undang-undang yang berlaku dengan kekuatan terbaik,” tambahnya.

Raja Charles III naik takhta dalam usia 74 tahun. Camilla, istri Charles, juga dinobatkan sebagai permaisuri.

Di hadapan jemaat yang terdiri dari sekitar 100 pemimpin dunia dan jutaan pemirsa televisi, Uskup Agung Canterbury, pemimpin spiritual Gereja Anglikan, perlahan-lahan meletakkan Mahkota St Edward yang berusia 360 tahun di atas kepala Charles saat dia duduk di atas sebuah tahta abad ke-14 di Westminster Abbey, Sabtu.

"Tuhan selamatkan Raja Charles. Hidup Raja Charles. Semoga raja hidup selamanya," kata jemaat di gereja setelah kemeriahan terompet dibunyikan.

Selama kebaktian dua jam yang bersejarah dan khusyuk, istri kedua Charles, Camilla, juga dinobatkan sebagai ratu.

Meskipun berakar pada sejarah, upacara yang disiarkan televisi untuk kedua kalinya, juga merupakan upaya untuk menghadirkan monarki berwawasan maju, dengan orang-orang yang terlibat mencerminkan negara yang lebih beragam dengan keberagaman agama pula.

Ketika Inggris berjuang untuk menemukan jalan di tengah pusaran politik setelah memutuskan keluar dari Uni Eropa, pendukung monarki mengatakan keluarga kerajaan tetap menarik perhatian internasional, serta merupakan sarana diplomatik yang penting untuk menjaga keberadaan Inggris di panggung dunia.

"Tidak ada negara lain yang dapat menampilkan pertunjukan yang begitu mempesona--mulai dari prosesi, arak-arakan, upacara, dan pesta jalanan," kata Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak.

Terlepas dari antusiasme Sunak, penobatan Raja Charles III berlangsung di tengah krisis biaya hidup dan skeptisisme publik, terutama di kalangan muda, tentang peran dan relevansi monarki.

Charles (74) secara otomatis menggantikan ibunya, Ratu Elizabeth, sebagai raja Inggris setelah kematiannya September lalu.

Setelah kebaktian, Charles dan Camilla (75) menaiki kereta emas Gold State Coach seberat empat ton yang dibangun untuk George III, raja terakhir koloni Inggris di Amerika, untuk menuju ke Istana Buckingham.

Prosesi sepanjang satu mil itu melibatkan 4.000 personel militer dari 39 negara anggota persemakmuran.

Sementara itu, ratusan tentara berseragam merah dan topi kulit beruang hitam berbaris di sepanjang jalan The Mall, jalan besar menuju istana, dalam acara seremonial terbesar di Inggris sejak penobatan Ratu Elizabeth.

Sebagai raja, Charles mengambil peran sebagai kepala negara. Ada banyak negara yang dipimpin, yaitu negara persemakmuran misalnya Inggris, Irlandia Utara, Skotlandia, Australia, Selandia Baru, hingga Kanada.