Antv –Seorang instruktur taekwondo di Solo, Jawa Tengah, dilaporkan ke Polisi, setelah diduga melakukan pelecehan seksual pada anak didiknya yang dibawah umur.
Pelaku dengan inisial DS, dilaporkan Jumat, (17/03/2023) lalu, dan kini dalam penanganan Unit PPA Satreskrim Polresta Surakarta.
Menurut Widhi Wicaksono, penasehat hukum pelapor, salah satu korban. Kasus pelecehan seksual ini diketahui setelah anak dari pelapor (ibu korban) tidak lagi mau mengikuti latihan taekwondo.
"Jadi anaknya ini tidak mau latihan di taekwondo, ditanya ada apa tidak ngaku. Terus digali-gali keterangannya, ternyata dia mengalami pelecehan seksual oleh instrukturnya. Akhirnya hari Jumat, (17/03/2023) kami melaporkan ke polisi. Terus di BAP hari Senin, (20/03/2023), divisum hari Senin juga," ungkap Widhi ketika dihubungi, Jumat, (24/03/2023).
Widhi menambahkan, korban ternyata tidak hanya ada satu. Setelah dicari ditemukan lagi korban kedua yang mengalami pelecehan seksual yang lebih parah.
"Korban kedua sementara ini ditangani pengacara lain bukan kami. Rabu, (15/03/2023) sore polisi mendapatkan nama korban lagi. Kemudian setelah diperiksa, Rabu sore, polisi kemudian menangkap orangnya. Itu korban semua laki-laki," terangnya.
Modus instruktur, menurut Widhi dengan cara dipanggil anak didiknya ke dalam ruangan kemudian diiming-imingi diikutkan kejuaraan.
"Pas latihan dipanggil ke ruangannya itu modus pertama, modus keduanya pas pertandingan di luar kota. Pas pertandingankan mereka sama-sama satu grup nginep di hotel mana itu. Ancaman ya sempet, merekakan ya jijik kayak gitu. Kalau tidak latihan, mau dibawain pedang," bebernya.
Sementara, Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming mengaku telah mengetahui laporan tersebut sejak Jumat, (17/03/2023) lalu.
"Kasusnya sudah ditindaklanjuti kemarin sama pak kapolres. Laporane kan masuk dari minggu lalu. Kemarin lapor umure masih 13 tahun, masih kecil. Pokoknya kasus ini akan saya kawal khusus. Saya sama pak kapolres sudah koordinasi terus. Intine warga silahkan lapor, korban silahkan lapor. Nanti semuanya tanggung jawab saya penuh semua," terang Gibran.
Gibran kemudian menjanjikan melindungi para korban lain yang berani speak up atau angkat bicara.
"Nanti butuh psikolog atau apa tugas saya, saya bertanggung jawab penuh. Saya sudah jalan terus, idealnya tempat latihan ditutup dulu. Sampai nanti ada musyawarah kota. Saya juga sudah bilang ke master Alex pengurus provinsi, untuk segera pilih instruktur yang baru. Soalnya yang namanya kompetisi latihan ga boleh berhenti," jelasnya.
Dari kasus ini, Gibran mengaku menjadi pelajaran untuk semua orang tua agar lebih berhati-hati lagi.
"Pokoknya kita dampingi semua korban- korban. Orang tua semuanya, guru-guru juga. Ya ini pelajaran untuk kita semua orang tua hati-hati pokoknya semua harus selektif memilih tempat seperti ini," tandasnya.