Antv – Pihak militer Amerika Serikat pada hari Selasa (14/3/2023) mengumumkan bahwa pesawat nirawak (drone) AS tipe MQ-9 Reaper jatuh di Laut Hitam setelah ditabrak oleh pesawat jet tempur Rusia manakala pesawat nirawak AS diklaim tengah melakukan misi patroli rutin di ruang udara internasional.
Pihak AS menyebutkan bahwa pesawat nirawak Reaper berusaha dicegat oleh dua pesawat jet tempur Rusia. Namun, tuduhan AS dibantah oleh Rusia dengan penjelasan bahwa pesawat nirawak AS itu jatuh setelah melakukan "manuver tajam" bukan karena kontak fisik dengan dua pesawat jet tempur Rusia.
Kementerian Pertahanan Rusia juga menambahkan bahwa pesawat nirawak MQ-9 Reaper AS itu terbang dalam kondisi transpondernya tidak berfungsi. Transponder atau responden pemancar merupakan peralatan komunikasi sehingga pesawat tersebut dapat terlacak.
Pesawat nirawak MQ-9 Reaper merupakan pesawat pengintaian dengan lebar sayap 20 meter (66 kaki).
Dikutip dari bbc, Pihak Militer AS mencatat peristiwa itu terjadi pada hari Selasa (14/3/2023) sekitar pukul 07.03 waktu Eropa bagian Tengah.
"Pesawat MQ-9 kami tengah melaksanakan operasi rutin di ruang udara internasional ketika dicegat dan ditabrak oleh pesawat jet tempur Rusia, mengakibatkan pesawat itu jatuh dan tidak bersisa," demikian pernyataan Pentagon yang dikutip dari BBC
Beberapa saat sebelum insiden tabrakan, pesawat jet tempur Rusia Su-27 itu bahkan membuang bahan bakar pada pesawat nirawak AS yang dinilai sebagai tindakan yang "ceroboh, tidak ramah linkungan dan tidak profesional"
Pemerintah Amerika Serikat telah memanggil Duta Besar Rusia untuk Amerika Serikat, Anatoly Antonov, di Washington untuk menyampaikan protes atas tindakan tersebut.
Menyusul pertemuan tersebut, Media Rusia mengutip pernyataan Dubes Anatoly Antonov menyebutkan bahwa Moskow menilai insiden pesawat nirawak AS tersebut sebagai "provokasi"
Hal ini menambah ketegangan atas wilayah perairan Laut Hitam sejak aneksasi wilayah Crime oleh Rusia pada tahun 2014 silam.
Sementara itu, sejak invasi Rusia dalam skala penuh atas Ukraina, Amerika Serikat dan Inggris telah menambah patroli udara untuk misi pengawasan dan pengintaian walau selalu beroperasi di ruang udara internasional.
Yang kini dipertanyakan adalah bilamana insiden tersebut merupakan tindakan Rusia untuk mengganggu misi mereka, atau memang disengaja untuk menjatuhkan pesawat nirawak tersebut.
Kendati demikian, serangan itu dapat dilihat dilakukan oleh pihak Kremlin untuk menguji respon Washington.
Sejauh ini, pihak Amerika tengah mengevaluasi respon yang akan diberikan sebab insiden itu dinilai tindakan berbahaya yang dapat memicu penilaian salah dan eskalasi tak terduga.