Antv – Filipina dan Amerika Serikat telah memulai latihan gabungan militer pada Senin (13/3/2023) dengan misi untuk meningkatkan kemampuan negara Asia Tenggara untuk melindungi dan mempertahankan teritorial dari ancaman eksternal.
Perhelatan latihan gabungan militer ini menyusul keputusan Presiden Filipina, Ferdinand Marcos Jr, pada bulan Februari 2023, yang memberi dan memperluas akses Amerika Serikat pada pangkalan militer Filipina. Sebuah keputusan politik yang memantik kemarahan Beijing sejak Manila telah nyata berpihak di tengah persaingan geopolitik antara dua kekuatan dunia.
Dikutip dari CNA, lebih dari 3.000 prajurit angkatan darat Filipina dan Amerika Serikat akan berpartisipasi dalam latihan rutin selama 3 minggu dengan sandi "Salaknib" yang akan meliputi berbagai latihan menembak senapan laras pendek, artileri, mortir serta proyek konstruksi militer.
"Skenario latihan militer akan menampilkan pertahanan kepulauan Filipina dari potensi serangan asing," kata Kepala Staf Angkatan Darat Filipian Letnan Jenderal Romeo Brawner saat membuka latihan gabungan.
"Oleh karena ini latihan antar angkatan darat, fokus latihan lebih pada operasi pertahanan seperti pertahanan udara dan juga pertahanan di pesisir pantai," tambahnya.
Lokasi latihan akan berlangsung di Fort Magsaysay, Kamp Militer Filipina terbesar, yang juga merupakan satu dari lima pangkalan militer Filipina yang memberikan akses pada Amerika Serikat sesuai kesepakatan Kerjasama Pertahanan Tingkat Lanjut (Enhanced Defence Cooperation Agreement/EDCA).
Dalam kesepakatan, Amerika Serikat mendapatkan akses untuk latihan gabungan, penempatan awal perlengkapan dan membangun fasilitas-fasilitas seperti landasan udara, penyimpanan bahan bakar serta barak militer, namun kehadiran militer Amerika Serikat tidak bersifat permanen.
Sementara di sisi lain, Cina menuding kerjasama tersebut dengan istilah "Bagian dari upaya Amerika Serikat untuk mengelilingi dan mengepung Cina melalui kerjasama militer dengan negara ini"
"Dengan melakukan hal ini, Pihak Amerika Serikat tidak hanya meningkatkan ketegangan, telah merenggangkan hubungan Cina - Filipina, tetapi juga telah mengganggu dan mengacaukan usaha bersama negara-negara di kawasan untuk menjaga kedamaian dan stabilitas di Laut Cina Selatan," kata Juru Bicara kedubes Cina di Manila lewat siaran pers pada Minggu (12/3/2023)
Kendati ada perjanjian EDCA, Pihak Filipina belum membuka akses Amerika Serikat pada pangkalan militer lainnya, namun menurut informasi seorang mantan perwira militer Filipina menyebutkan salah satu pangkalan militer dimaksud berada di pulau Luzon, yang menghadap utara ke Taiwan, dan di Pulau Palawan di Barat Daya, dekat dengan wilayah sengketa kepulauan Spratly di Laut Cina Selatan.