Cegah Wabah Leptospirosis Meningkat, Dinkes dan Warga Basmi Tikus

Cegah Wabah Leptospirosis Meningkat, Dinkes dan Warga Basmi Tikus
Cegah Wabah Leptospirosis Meningkat, Dinkes dan Warga Basmi Tikus (Foto : antvklik-Agus Wahyudi)

Antv – Penderita Leptospirosis akibat bakteri Leptospira yang diakibatkan dari kencing tikus di Pacitan, Jawa Timur, terus meningkat dan menjadi wabah mematikan. 

Setidaknya, sudah ratusan warga suspec bakteri ini. Bahkan 6 orang sudah meninggal dunia akibat terinfeksi bakteri Leptospira.

Mengatasi binatang pengerat yang diduga sebagai pemicu terjangkitnya Leptospirosis, masyarakat di Kecamatan Nawangan gotong-royong “gropyokan” memburu dan membasmi tikus sampai ke sarang-sarangnya.

Puluhan petani menggunakan peralatan sederhana, seperti senjata dari bambu, sabit, tangkai buah kelapa, sapu dan cangkul. Mereka berusaha mengejar tikus yang berlari.

Sarang tikus yang menganga di tanggul sawah dicangkul. Sebagian lubang tikus itu dilakukan pengasapan, yang kemudian warga yang lain bersiap jika tikus itu keluar. 

Begitu tikus keluar, petani ramai-ramai mengejarnya dan memukul dengan alat yang telah siaga di tangan.

Dibantu petugas dari TNI, puluhan tikus – tikus itu berhasil dibantai.

Salah satu petani, Irmawan Andriyanto mengatakan, ke depannya gropyokan tikus akan terus dilakukan oleh petani dan masyarakat. 

Sebab dengan cara seperti ini dianggap lebih efektif memusnahkan tikus dalam jumlah banyak.

“Gropyokan ini akan terus dilakukan, karena ini yang kita pandang langkah paling efektif saat ini. Lumayan banyak tadi tikus yang bisa dibunuh,” jelasnya, Kamis (09/03/20230).

Plt Kepala Dinas Kesehatan Pacitan, dr. Daru Mustiko Aji mengatakan, gropyokan tikus menggunakan dua metode. Yakni pengasapan serta gropyokan dengan mencari lubang tikus di area persawahan warga. Jika ditemukan, lubang tikus itu langsung dilakukan pengasapan.

“Gropyokan ini harus dilakukan rutin dan berulang kali, agar hama tikus ini bisa berkurang,” kata dr. Daru, di sela-sela gropyokan tikus.

Lebih lanjut dr Daru mengatakan, gropyokan hama tikus ini adalah salah satu langkah untuk pencegahan dan mengatasi serangan tikus. 

"Gropyokan tikus ini tidak lain untuk pengendalian penyebaran bakteri yang saat ini mengancam kesehatan warga," terangnya.

Di samping itu, kata dr Daru, penyemprotan secara serentak juga dilakukan di 4 Dusun. Antara lain di Dusun Saren, Dusun Pakel, Dusun Ploso, dan Dusun Ngumper, Desa Mujing Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan, yang diduga terdapat tikus pemembawa penyakit Leptopirosis.

"Selain itu, pemasangan trep tikus serta pemberian kaporit di sumber air guna membrantas penyebaran penyakit Leptospirosis, oleh Dinas Kesehatan Kab Pacitan bekerjasama dengan Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Surabaya," tandasnya.