Antv – Badan Penanggulangan Kekeringan Nasional (NDMA) Kenya merilis laporan pada Kamis (3/3/2023) bahwa sedikitnya 2,61 juta ekor hewan ternak mati akibat kekeringan yang terjadi selama beberapa bulan terakhir, dimana kekeringan mulai menyerang wilayah yang tergolong kering dan semi kering.
Dikutip dari CGTN, Pihak NDMA pun menyebutkan bahwa jumlah tersebut sekitar 5 persen dari jumlah keseluruhan hewan ternak di daerah kering dan semi kering, yang berjumlah sekitar 52,8 juta ekor.
Penyebab kematian 2,61 juta hewan ternak itu disinyalir akibat kelaparan yang menyerang dua wilayah Kenya yakni Marsabit dan Kajiado, yang mayoritas adalah domba serta lembu.
"Situasi bencana kekeringan itu terus berlanjut semakin parah pada 22 dari 23 wilayah yang tergolong kering di Kenya. Kejadian ini merupakan akibat minimnya curah hujan pada tahun 2022 ditambah gagalnya musim hujan selama empat musim berturut-turut," demikian laporan terkini NDMA pada bulan Februari 2023 mengenai krisis kekeringan.
Menurut Badan Penanggulangan Kekeringan Kenya pula, Keberadaan padang rumput yang tersisa di wilayah kering kini seluruhnya sudah habis karena kenaikan suhu.
Hingga kini, Pemerintah Kenya menggencarkan langkah mitigasi bencana kekeringan seperti yang disampaikan oleh Rebecca Miano, Sekretaris Kabinet Kenya pada Kementerian dari Komunitas Afrika Timur, Pembangunan Wilayah, Dataran Kering dan Semi Kering.
Rebecca menjelaskan bahwa pemerintah sudah menggelontorkan 2 miliar Shilling Kenya (Sekitar Rp 239,2 miliar pada kurs 1 Shilling Kenya = Rp 119,26) untuk mengamankan bantuan distribusi pangan.
Republik Kenya merupakan salah satu negara yang berada di tanduk benua Afrika yang terkena dampak kekeringan selama 30 tahun terakhir.
Badan PBB untuk Koordinasi Aksi Kemanusiaan mencatat sedikitnya 5 juta warga Kenya terancam kelaparan. Selain Kenya, Dua negara Afrika lain yang juga terancam ialah Somalia dan Etiopia.