Antv –Anjloknya harga sapi di pasaran Kabupaten Gunungkidul, sebagian besar dipengaruhi oleh penyakit lato-lato atau Lumpy Skin Disease (LSD). Penurunan harga sapi, bahkan mencapai lebih dari Rp. 4 juta per ekor.
Penyakit lato-lato pada sapi yang begitu cepat penyebarannya, berdampak pada sepinya aktifitas perdagangan hewan ternak ini di pasaran, salah satunya di Pasar Hewan Munggi di Kapanewon Semanu.
Salah satu pedagang sapi, Kamari, mengungkapkan, LSD atau oleh peternak lokal disebut sebagai penyakit lato-lato, berdampak pada harga jual dan minat beli di pasaran.
“Pasarnya ya memang sepi sekarang. Dampak dari Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) saja belum benar-benar pulih, kok sekarang malah muncul penyakit lain,” kata Kamari, Rabu (1/3/2023).
Sepinya aktivitas pasar, lanjutnya, membuat harga jual sapi ikut anjlok. Harga sapi yang sebelumnya di kisaran Rp. 12 juta, sekarang turun jauh tak lebih dari Rp. 7 juta per ekor.
“Semoga lato-lato ini tidak semakin meluas dan kondisi di pasar hewan dapat kembali normal,” harapnya.
Terpisah, Mantri Pasar Hewan Munggi, Bambang Edi Santoso, mengungkapkan, kasus penyakit LSD ditemukan pada awal Februari lalu. Saat itu, ada 3 sapi terlihat ada bintik-bintik di bagian kulit sehingga dibawa pulang untuk diobati.