Antv – Sebanyak 585 siswa dari berbagai sekolah dan perguruan tinggi di Bangladesh melakukan bunuh diri sepanjang 2022, menurut laporan yang dirilis di Ibu Kota Dhaka pada Jumat (27/1/2023).
Dari jumlah tersebut, 340 adalah siswa sekolah dan 106 mahasiswa perguruan tinggi. Sedangkan 85 orang berstatus mahasiswa universitas dan 54 siswa madrasah atau pesantren, kata Aachol Foundation dalam survei berbasis laporan di surat kabar terkemuka.
Seperti dikutip dari Antara, yang melansir Anadolu, Sabtu (28/1/2023), tim peneliti mengumpulkan informasi dari 150 lebih surat kabar lokal dan nasional serta portal daring.
"Bunuh diri adalah nama parasit senyap dalam masyarakat. Perbuatan itu mencengkeram kaum muda dalam perangkapnya yang mematikan setiap hari," menurut survei bertajuk "Kecenderungan Bunuh Diri di kalangan Siswa, Bagaimana Solusinya?".
Survei itu menggarisbawahi fenomena bahwa kasus bunuh diri bertambah banyak "pada tingkat penularan di kalangan siswa pada semua level akademik," dari pelajar hingga mahasiswa.
"Jumlah bunuh diri di kalangan pelajar dan mahasiswa dari data gabungan memicu kami untuk meninjau alasan di balik kasus bunuh diri," katanya.
Survei mencatat bahwa wilayah Dhaka melaporkan angka bunuh diri tertinggi di kalangan pelajar dan mahasiswa, yakni 23,77 persen dari delapan wilayah di Bangladesh.
Kota pelabuhan di Bangladesh selatan, Chattogram, menyusul dengan 17,27 persen.
Berdasarkan analisis gender, perempuan lebih banyak melakukan bunuh diri yakni 60,15 persen dibandingkan laki-laki.
Pelajar antara 13-19 tahun paling mungkin mengakhiri hidupnya dan jumlah di kelompok usia tersebut mencapai 405, yang mencakup angka 76,12 persen.
Alasan yang melatarbelakangi bunuh diri antara lain adalah lantaran merasa terluka secara emosional, urusan asmara, konflik keluarga, depresi, gangguan psikologis, masalah keuangan, pelecehan dan pemerkosaan atau pelecehan seksual.
Pada beberapa kasus, alasan untuk melakukan bunuh diri masih misteri, menurut hasil survei.
Untuk mencegah bunuh diri dan menumbuhkan kesadaran di kalangan siswa, survei tersebut merekomendasikan pembukaan Cabang Bantuan Pertama Psikologi di lembaga pendidikan.