Sayangnya, aksi teror para gerombolan di malam gelap gulita, cukup jauh dari kedudukan para Kesatria Tengkorak yang beberapa hari ini telah mengendap di hutan.
Apalagi, setelah tiga kali meletuskan senjata rongsokannya, Apen dan kelompoknya langsung kabur menjauh, menuju kampung Mamba dan Sambili.
Kapten Inf Poltak Siahaan alias Panglima Mamba yang terkenal jago tembak, spontan mengendalikan pasukannya di Pos Mamba.
Si Panglima Mamba bukan hanya memberi perintah kepada para Kesatria Tengkorak. Namun langsung mengambil posisi penembakan, sambil menunggu, memantau dan mencari, siapa tahu gerombolan tikus-tikus KST dapat dibidik dan ditembak.
"Tetap pada kedudukan masing-masing. Siliwangi dan Birawa, pendiaman, siapa tahu tikus-tikus itu kabur lewat depan kalian. Angker tetap pada sektor masing-masing. Enggak usah urusi yang lain. Udah stres tikus-tikus itu. Cari mati dia," kata Panglima Mamba memerintahkan pasukannya melalui radio HT.
Dari Pos Koper, Raja Aibon Kogila mengendalikan seluruh pasukan Tengkorak Kostrad, baik yang berada di Pos Titigi di ujung Timur, maupun Pos Bilogai di ujung Barat. Dalam perintahnya, Raja Aibon Kogila meminta para Komandan Pos mengendalikan pasukannya masing-masing.
Luar biasa masyarakat Intan Jaya, khususnya warga Sani. Kehadiran pasukan Tengkorak Kostrad di Intan Jaya telah mengubah pemikiran masyarakat.