Sementara itu, IDRIP pada konteks kesiapsiagaan dan resiliensi dalam menghadapi gempa bumi dan tsunami menekan pada elemen peringatan dini. Lilik mengelaborasikan dengan empat kuadran. Kuadran pada bagian hulu yaitu pemahaman risiko bencana.
Kemudian pada kuadran dua yaitu berbasis pada pemantauan dan analisis data, yang diikuti kuadran tiga yaitu diseminasi informasi.
“Kuadran empat yaitu penguatan respons masyarakat,” imbuhnya.
Terkait dengan kuadran ini, BNPB akan mengajak para peserta untuk belajar dari kepala desa yang wilayanya telah memenuhi kategori sebagai desa tangguh bencana.
Kunjungan ke Desa Sidomulyo yang berada di Pacitan, Provinsi Jawa Timur, tersebut akan berlangsung pada hari Minggu (18/12). Proyek ini menarget pada 17 provinsi, 30 kabupaten maupun kota dan 180 desa atau kelurahan.
Sedangkan kegiatan dalam IDRIP pada konteks gempa bumi dan tsunami, ini akan diimplementasikan oleh BNPB dan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Hadir pada sosialisasi IDRIP antara lain perwakilan dari Bappenas, BMKG, serta BPBD dan pemerintah daerah yang menjadi target penerima manfaat. IDRIP yang akan berakhir pada 2024 bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, khususnya gempa bumi dan tsunami.