Antv – Budidaya tanaman pangan pengganti beras, Sorgum, kini menjadi primadona baru bagi para petani di Kabupaten OKU Selatan, Sumatera Selatan, yang terus menggeliat.
Salah satu tanaman biji-bijian asal benua Afrika dan bisa menjadi alternatif tanaman pangan pengganti beras tersebut mulai diminati para petani di wilayah itu.
Geliat para petani mulai melirik tanaman palawija dengan nama ilmiah Sorghum di tanam di wilayah desa Sukajaya, Kecamatan Buay Rawan.
Rusmiyati (50 tahun) salah seorang petani Sorgum, mengatakan jika dirinya tertarik untuk menanam tanaman itu dikarenakan dinilai harga produksi yang relatif kecil,dan untuk perawatannya pun tidak terlalu sulit. Selain itu juga harga jual di pasaran cukup menggiurkan.
"Tanaman sorgum ini lebih menjanjikan selain perawatannya mudah. Buah dan batangnya juga kita bisa jual berbeda dengan jagung yang hanya bisa di jual buahnya saja, untuk itu saya tertarik menanamnya," katanya saat panen, Sabtu (17/12/2022).
Ditambahkannya, untuk saat ini harga di pasaran cukup menggiurkan dengan perawatan yang mudah.
"Kalau harga biji dikisaran Rp2.500 per kilogram. Sedangkan batang hijau usai panen juga memiliki nilai jual Rp200 per kilogram'" katanya.
Rusmiyati menjelaskan, untuk tanaman Sorgum dari penanaman hingga masa panen butuh waktu sekitar 90 hari.
"90 hari kita sudah panen. Artinya setahun kita bisa panen tiga kali,", ujarnya.
Saat ini, kata dia, tanaman itu sudah banyak di tanama para petani di sejumlah wilayah di kabupaten itu. Dari yang dulunya petani jagung kini beralih ke Sorgum.
Sementara itu, Syahril Abizar, salah seorang pelopor tanaman Sorgum di kabupate itu menceritakan, asal muasal dirinya terinspirasi untuk mengembangkan pertanian Sorgum ini. Yakni berangkat dari informasi berita pengembangan budidaya Sorgum oleh presiden Jokowi dan Mentri Luar Negeri Retno Masudi di wilayah NTT.
Syahril mengatakan, saat itu disebutkan tanaman sorgum ini salah satu komoditi pertanian yang bisa menjadi alternatif untuk ketahanan pangan di Indonesia.
Selain itu juga dia mengaku, budidaya pertanian sorgum ini sebagai langkah mendukung program Gerakan Sumsel Mandiri Pangan (GSMP) dalam memanfaatkan lahan kosong.
"Saat melihat informasi itu, kami langsung terinspirasi. Kebetulan kita ada lahan kosong yang bisa dimanfaatkan, dan dibantu pak Erwin sebagai supplier bibit, bulan 9 kemarin kita melakukan penanaman dilahan 1,5 hektar ini," ungkapnya.
Bicara mengenai sorgum, dijelaskannya salah satu komoditi pertanian yang sangat menjanjikan untuk seluruh masyarakat. Karena dari segi perawatan cukup ringan, sedangkan hasil keuntungan bisa berlipat.
"Untuk lahan 1,5 hektar yang ditanamnya menghabiskan bibit kurang lebih Rp600 ribu. Sedangkan biaya perawatan seperti pupuk dan herbisida menghabiskan biaya sekitar Rp1,4 juta. Sedangkan untuk hasil, untuk kalkulasi 1,5 hektar ini bisa mengahasilkan sorgum 4-8 ton. Dengan harga Rp2.500 per kilogram. Kalkulasi keuntungan bisa mencapai Rp16 jutaan," ujarnya.
Yang lebih menguntungkan dari tanaman sorgum ini, tidak hanya buahnya bisa dijual kata Syahril. Namun batangnya juga bisa dijual dengan harga Rp250 perkilo. Dimana untuk lahan 1,5 hektar menghasilkan 30 ton batang sorgum.
"Batang sorgum ini, bisa dimanfaatkan untuk makanan dan minuman jus. kemudian juga dicacah untuk menjadi makanan ternak," bebernya.
Menariknya lagi, kata dia, untuk tanaman sorgum ini dalam satu tahun bisa dilakukan panen 3-5 kali tergantung perawatan. Caranya juga sangat mudah, ketika sudah masa panen, batang pohon di pangkas, dan tunas tanaman akan kembali tumbuh.
"Saat ini tanaman sorgum memang belum familiar. Namun untuk hasil panen, sudah ada pengepul yang siap menampung. Bahkan jika di OKU Selatan nanti sudah memiliki lahan sorgum 250 hektar, direncanakan bakal dibangun pabrik pengolahan khusus," tandasnya.