Antv – Lembaga Dewan Adat (LDA) Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat mengadakan kegiatan Wilujengan Nagari Mahesa Lawung di Siti Hinggil Keraton Kasunanan Surakarta Kamis (24/11/2022).
Wilujengan Nagari adalah doa bersama untuk keselamatan Keraton dan negara republik Indonesia. Doa juga memohon dihindarkan dari segala bencana.
Wilujengan Nagari Mahesa Lawung ini, dihadiri oleh sentana dan abdi dalem Keraton Surakarta. Kegiatan ini dilengkapi dengan berbagai makanan yang dimasak dari tempat Gondorasan, yaitu, tempat khusus Keraton untuk menyiapkan makanan dan sesaji.
Makanan makanan tersebut adalah nasi tumpeng, lauk pauk, buah buahan, jajana pasar, sesaji dan kepala kerbau yang dibungkus kain putih.
Makanan tersebut kemudian dibawa di Sitihinggil Keraton, untuk didoakan bersama. Doa dipimpin oleh ulama keraton dan diikuti oleh peserta yang hadir
Menurut Ketua Lembaga Dewan Adat Keraton Surakarta GKR Koes Moertiyah Wandasari atau dikenal Gusti Moeng, Sesaji Nagari Mahesa Lawung atau juga disebut Sesaji Raja Wida ini diawali di Siti Hinggil Keraton Surakarta. Kemudian sesaji dibawa ke hutan Krendowahono, yang terletak di Gondangrejo Kabupaten Karanganyar.
Hutan Krendowahono sendiri merupakan tempat yang pernah dipakai pertemuan antara PB IV dan Pangeran Diponegoro.
"Sesaji raja wida telah dilakukan turun temurun ratusan tahun yang lalu. Bahkan sebelum Mataram berdiri sudah ada," terang Gusti Moeng.
Dalam tradisi ini, imbuh Gusti Moeng, dilakukan pembacaan riwayat Wilujengan Nagari, kemudian doa dari tiga agama, yaitu Buddha, Hindu, Islam, yang dulu diprakarsai Sunan Bonang saat di Kerajaan Demak, sedang diterpa bencana.
"Sesaji Negari wujudnya untuk seluruh rakyat Indonesia agar terhindar dan dijauhkan dari bencana. Seluruh rakyat bila ada kesalahan semoga diampuni Allah,"jelas Gusti Wadansari.
Lebih lanjut Gusti Wandasari mengatakan kegiatan Wilujengan Nagari Mahesa Lawung digelar pada Kamis 29 Rabiulakhir kalender Jawa yang ditetapkan oleh PB II setelah 100 hari beliau bertahta di desa Sala.
Sementara menurut Ketua Lembaga Hukum Kraton Surakarta KPH Eddy Wirabhumi, Mahesa lawung ini dimaknai sebagai bagian dari peringatan bahwa kita ini sebagai manusia ciptaan Tuhan , harus senantiasa menjaga harmoni kehidupan.
"Kita hidup tidak membeda bedakan,saling menghormati perbedaan yang ada sebagai bagian dari kebesaran Tuhan," jelas KPH Eddy.
Lebih lanjut Kanjeng Eddy mengatakan, bahwa kegiatan ini merupakan bentuk pelestarian tradisi adat budaya yang harus terus dijaga.
Setiap upacara adat Keraton, telah memiliki pesan pesan falsafah yang sarat akan nilai nilai dan harus ditanamkan dalam hati, dan diwujudkan dalam perbuatan.
"Sebagai manusia kita harus selalu ingat pentingnya menjaga harmoni dalam hidup.Mengingat bahwa hubungan kita tidak hanya kepada.sesama, namun juga alam, dan yang utama dengan Tuhan," tukas KPH Eddy.