"Dengan data inilah, kita bisa tahu mana sesar yang masih aktif dan tidak, serta mana yang paling berpotensi untuk gempa di masa depan," ujar Anggri.
Meski demikian, metode ini menurutnya tidak sepenuhnya akurat. Sebab aktivitas alam itu sangat dinamis.
Akan tetapi dengan tersedianya data dasar maka dapat dijadikan acuan terbaik sebagai skenario mitigasi di masa depan.
Anggri menambahkan, adanya potensi gempa susulan di Cianjur membuat warga yang tinggal di daerah pegunungan curam harus lebih waspada. Sebab jika terjadi gempa susulan dapat memicu tanah di sekitarnya semakin tidak stabil.
Ditambah lagi jika terjadi hujan lebat yang bisa menimbulkan resiko terjadinya longsor. Oleh karena itu, Anggri menyarankan agar warga yang berada di daerah-daerah tersebut segera dievakuasi.
"Saya kira perlu dilakukan evaluasi warga untuk daerah-daerah yang berdekatan dengan tebing tinggi," harapnya.
Seperti diketahui, bencana alam gempa bumi dengan magnitudo 5,6 mengguncang Kabupaten Cianjur, Jawa Barat pada Senin siang, 21 Oktober 2022.