PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Kejar Target Produksi hingga 78 Juta Ton Batubara Tahun Ini

PT Bumi Resources Tbk Kejar Target Produksi 78 Juta Ton Batubara
PT Bumi Resources Tbk Kejar Target Produksi 78 Juta Ton Batubara (Foto : Istimewa)

AntvPT Bumi Resources Tbk (BUMI) mengejar target produksi di rentang 70 juta ton sampai 78 juta ton batubara hingga akhir tahun. Target ini cenderung sama dengan realisasi produksi batubara di tahun lalu, yakni 78 juta ton.

“Angka aktual (produksi) tergantung pada intensitas hujan,” terang Direktur dan Sekretaris Perusahaan Bumi Resources Dileep Srivastava, Kamis (3/11/2022).

Cuaca memang menjadi faktor penentu produkusi batubara. Dileep mengatakan, jika cuaca mendukung, BUMI dapat melakukan produksi batubara jauh lebih baik. Sebab, BUMI telah melakukan lebih banyak eksplorasi batubara, tetapi tidak dapat mengekstraknya secara optimal akibat cuaca.

Dileep merinci, sepanjang sembilan bulan pertama 2022, BUMI memproduksi 54 juta ton batubara. Realisasi ini menurun 8,47% dari realisasi di periode yang sama tahun lalu, yakni 59 juta ton.

Sementara itu, produksi BUMI menunjukkan peningkatan secara kuartalan. Pada kuartal pertama, jumlah produksi batubara BUMI sebesar 16,3 juta ton dan naik menjadi 18,3 juta ton di kuartal kedua 2022.  Pada kuartal ketiga 2022, jumlah produksi naik menjadi 19,2 juta ton.

Dalam riset tertanggal 12 Oktober 2022, analis Samuel Sekuritas Indonesia Jonathan Guyadi merevisi perkiraan volume produksi batubara BUMI untuk tahun 2022, 2023, dan 2024 masing-masing menjadi 75,5 juta ton, 78,4 juta ton, dan 80,2 juta ton. 

Revisi turun ini dapat menyebabkan penurunan 7% pada top line BUMI selama periode tersebut. Perubahan proyeksi ini dengan menimbang tingginya curah hujan di beberapa tambang BUMI, termasuk Kaltim Prima Coal (KPC) dan Arutmin.

Namun demikian, Jonathan menaikkan perkiraan laba setelah pajak dan kepentingan non-pengendali BUMI pada 2023 sebesar 13,4% dan 2024 sebesar 18,1%, berkat penurunan utang hingga US$ 1,56 miliar di 2022 -2024.

Jonathan memproyeksi harga batubara mungkin tetap tinggi untuk sementara waktu. World Meteorological Organization (WMO) memperkirakan bahwa cuaca ekstrem mungkin bertahan hingga awal 2023, yang tentunya akan mempengaruhi produksi batubara.

Tensi geopolitik antara Rusia-Ukraina dan peningkatan permintaan batubara di musim dingin dapat membantu mendorong harga batubara naik lebih tinggi lagi. 

Namun, terdapat beberapa risiko seperti  potensi perlambatan ekonomi global, peningkatan produksi batubara di China dan India, serta kembalinya pasokan batubara Rusia ke pasar menyusul pelonggaran sanksi Eropa pada September 2022.