Hal tersebut disampaikan saat Budi membuka The SDGs National Seminar mengenai transisi energi untuk mengurangi dampak polusi udara yang diselenggarakan Bakrie Center Foundation pada Kamis (3/11) secara hybrid di Bakrie Tower.
“Kementerian Perhubungan memiliki perhatian khusus dengan transportasi umum, seperti integrasi transportasi umum yang sudah dilakukan oleh MRT, LRT, dan BRT (Bus Rapid Transit). Saat ini juga mulai mendorong adanya kendaraan listrik secara masif. Saat ini pilot project bus listrik sudah dilakukan di Bandung dan Surabaya,” jelasnya.
PT Transjakarta menjadi salah satu penyedia transportasi umum yang mulai beralih menggunakan bus listrik. Saat ini PT Transjakarta memiliki 4.357 armada bus. 30 diantaranya telah menggunakan bus listrik (low entry bus).
Menurut analisis weel to wheel, elektrifikasi 1.724 bus transjakarta dapat menurunkan 50,3 persen tingkat emisi karbon yang dihasilkan oleh armada bus Transjakarta saat ini.
“Di tahun 2022, memang baru 2 persen dari armada bus Transjakarta yang beralih ke listrik yaitu sebanyak 30 armada. Namun, kami memiliki road map untuk menggunakan 100 persen bus listrik pada tahun 2030, dengan taksiran sebanyak 10.047 bus,” jelas Yoga Adiwinarto, Direktur Operasi dan Keselamatan PT Transjakarta saat menjadi narasumber dalam The SDGs National Seminar series mengenai peran korporasi untuk menyelesaikan masalah polusi udara.
Pada semester kedua di tahun 2022 direncanakan ada 70 bus listrik yang akan dioperasikan oleh Transjakarta. Adapun rencana pembaruan fitur Transjakarta menuju elektrifikasi armada bus salah satunya mengutamakan bus berbasis diesel dan CNG dengan komposisi bus gandeng, bus besar, dan bus maxi.
“Elektrifikasi seluruh armada bus dapat mengurangi polusi gas buang PM 2,5 sebanyak 295,5 ton, SO2 sebesar 190,4 ton, dan NOx sebesar 6804,2 ton secara kumulatif di DKI Jakarta pada tahun 2030,” tambah Yoga.