Antv – Menteri Sosial Tri Rismaharini tampil sebagai keynote speaker pada acara Characterpreneurship Seminar Nasional Series V yang diselenggarakan Universitas Katolik Darma Cendika (UKDC), Surabaya.
Seminar dengan tema "Bersama Mendampingi Difabel" tersebut berangkat dari program nyata UKDC mengasah kemampuan kewirausahaan penyandang disabilitas.
Atas arahan Mensos, kegiatan UKDC mendapat dukungan Kementerian Sosial.
"Terima kasih kepada rektor dan seluruh civitas akademika Universitas Katolik Darma Cendika. Sekarang yang harus kita lakukan adalah memfasilitasi mereka dengan teknologi dan menggali potensi mereka," kata Mensos.
Mensos mengapresiasi upaya UKDC melakukan pengabdian masyarakat dalam bentuk pendampingan kepada para penyandang disabilitas.
Hasilnya, kemampuan enterpreneur, mereka berkembang pesat dan bisa menghasilkan karya sesuai kemampuan masing-masing.
Pengabdian masyarakat yang telah berjalan selama 1 tahun ini diinisiasi karena optimisme Mensos akan kemampuan penyandang disabilitas yang disampaikan di beberapa kesempatan.
Optimisme ini menjadi inspirasi bagi civitas akademika untuk melakukan pendampingan para penyandang disabilitas.
Pada kesempatan ini, Mensos membagi pengalamannya dalam memberikan dukungan dan penguatan terhadap penyandang disabilitas.
Mulai dari memenuhi kebutuhan alat bantu dengan sentuhan inovasi berupa kursi roda elektrik, kursi koda cerebral palsy, tongkat adaptif bagi disabilitas netra dan motor roda tiga untuk usaha.
Dalam pengembangan karya inovatif tersebut, Kemensos selalu melibatkan peran penyandang.
"Hal ini sejalan dengan amanat Undang-undang No. 8 Tahun 2016 bahwa penyandang disabilitas memiliki hak pekerjaan dan kewirausahaan. Bekerja di pemerintahan maupun swasta," kata Mensos.
Di hadapan jajaran pimpinan dan civitas akademika UKDC, Mensos juga mengungkapkan pengalamannya menyaksikan penyandang disabilitas yang piawai membatik dengan kaki.
Tatkala dilelang, batik tersebut laku dengan harga fantastis, mencapai dua digit.
"Makanya saya yakin, para penyandang disabilitas memiliki kemampuan kognitif di balik keterbatasannya," katanya.
Selain itu, ada juga sosok Gading, remaja asal Kajen, Pekalongan yang terus berkembang usahanya setelah mendapat motor roda tiga dari Kemensos.
Mensos membagikan kisah sukses Gading yang dalam waktu kurang dari satu tahun bisa memiliki tabungan lebih dari Rp20 juta. Rektor UKDC Adrian Adirejo pun angkat bicara.
"Kami bersyukur dan bangga karena kami punya karya nyata, dimana kita mendampingi para disabilitas ini dan berkontribusi kepada masyarakat. Penting untuk belajar dari pengalaman agar bisa mendampingi mereka menjadi pengusaha," katanya.
Ditemui di tempat yang sama, Stefan Prabani sebagai salah satu dosen yang melakukan pengabdian masyarakat telah membuktikan bahwa penyandang disabilitas memiliki banyak potensi.
Komunitas Bending Triplek yang beranggotakan 5 penyandang disabilitas di Surabaya dan 11 di Semarang sukses didampingi untuk menghasilkan karya furniture kursi dan meja.
"Kami cari alternatif bagaimana mereka bisa membuat kursi, meja tapi dengan bahan, bentuk yang berbeda, dengan cara yang sangat mudah. Ternyata mereka sangat bisa, hasilnya pun luar biasa," ucapnya kagum.
Prabani berharap, komunitas ini terus berkembang di daerah-daerah seluruh Indonesia dan terus mendapat dukungan dari pemerintah.
Pengabdian masyarakat merupakan upaya nyata kampus UKDC mendorong para penyandang disabilitas membuktikan kemampuan mereka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat, baik, estetis, dan fungsional.