Untuk Pertama Kalinya, G20 Menyertakan Agama-agama Dunia Jadi Bagian Solusi untuk Krisis Global

Untuk Pertama Kalinya, G20 Menyertakan Agama-agama Dunia
Untuk Pertama Kalinya, G20 Menyertakan Agama-agama Dunia (Foto : Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf - Credit Foto: NU Online/Suwitno)

Pada saat yang sama, apa yang dikenal sebagai Islam rahmatan lil'alamin berusaha untuk mengembalikan rahmah (cinta dan kasih sayang universal) ke tempat yang semestinya sebagai pesan utama agama.

Perubahan sesungguhnya telah terjadi. Pada Munas Alim Ulama tahun 2019 di Banjar, Jawa Barat, NU menolak kategori kafir dalam hukum Islam.

NU juga mendukung konsep negara bangsa dan memutuskan bahwa umat Islam tidak memiliki kewajiban secara agama untuk mendirikan kekhalifahan.

Sebelumnya, pada 2017, Mahkamah Agung Indonesia memutuskan bahwa semua kelompok agama harus diperlakukan sama di hadapan hukum; kegagalan untuk melaksanakan hal itu akan dianggap "inkonstitusional". 

Dengan mengakui adanya tantangan di Indonesia sendiri, NU dan Center for Shared Civilizational Values (Sekretariat R20) mengundang Sekretaris Jenderal Liga Muslim Dunia yang berbasis di Mekkah, Syaikh Muhammad bin Abdul Karim al-Issa, untuk menjadi ketua bersama dalam acara R20, sehingga dapat melibatkan dunia Islam yang lebih luas.

Dalam beberapa tahun terakhir, Liga Muslim Dunia semakin memfokuskan jangkauan publiknya pada moderasi beragama dan persahabatan antarmasyarakat dan peradaban dunia yang beragam. 

Kerja Sama Global NU