Antv –Dua sungai meluap sebabkan banjir di Kabupaten Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan pada Selasa (18/10/2022) pukul 23.57 WITA.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Luwu melaporkan sungai yang meluap adalah Sungai Bua dan Sungai Cilallang. Luapan dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi.
Fenomena yang terjadi pada malam hari itu mengakibatkan 657 jiwa terdampak. Kerugian materil lainnya berupa 5 warung terdampak, 2 unit sarana ibadah terdampak, 1 unit jembatan rusak sepanjang 10 meter. 20 hektar pertanian, 10 hektar perkebunan, 10 hektar tambak ikan, dan 15 hektar tambak rumput laut terendam.
Wilayah terdampak banjir tersebar di 7 desa yaitu Desa Padang Kalua, Desa Paberassang, dan Desa Raja di Kecamatan Bua, Desa Cilallang di Kecamatan kamanre, Desa Mario di Kecamatan ponrang, Desa Tanjong di Kecamatan Bupon, dan Desa Saronda di Kecamatan Bajo Barat.
Banjir yang merendam setinggi 70 sentimeter itu saat ini telah surut. BPBD Kabupaten Luwu telah berkoordinasi dengan Dinas Pembangunan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) untuk penanganan dan pembersihan sisa material banjir.
Di Bulan Oktober 2022, Kabupatan Luwu sebelumnya juga mengalami banjir pada Senin (10/10/2022). Banjir saat itu berdampak pada 124 unit rumah dan 110 hektar sawah terendam. 1 tanggul juga dilaporkan rusak berat.
Sementara satu bulan sebelumnya di September 2022, menurut Laporan Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB, Kabupaten Luwu juga mengalami banjir sebanyak 2 kali tepatnya pada 5 September dan 22 September yang juga berdampak pada rumah warga dan beberapa fasilitas publik lainnya.
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisik juga telah memprakirakan hingga Minggu (23/10/2022) Provinsi Sulawesi Selatan berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
Potensi ini juga diprakirakan akan terjadi di Bengkulu, Sumatra Selatan, Banten, Jawa Barat, Kalimantan Tengah, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua Barat, dan Papua.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Suharyanto, terus mengingatkan dan meminta pemerintah daerah untuk mempersiapkan diri menghadapi potensi cuaca ekstrem di Indonesia. Suharyanto meminta agar BPBD dan komponen penanggulangan bencana di daerah mempersiapkan alat, perangkat dan personel untuk menghadapi potensi bencana.
Apabila daerah kekurangan dan membutuhkan peralatan, maka dapat meminta dukungan kepada BNPB. Sementara untuk jangka panjang, Kepala BNPB meminta agar tata kelola lingkungan dilakukan dengan baik agar kejadian bencana seperti banjir tidak terulang kembali.
"Indikator keberhasilan penanggulangan bencana adalah ketika kejadian bencana tidak terjadi lagi di tempat yang sama atau minimal dapat dikurangi dampaknya," tegas Suharyanto.
Masyarakat juga diimbau untuk senantiasa meningkatkan kesiapsiagaan dan waspada akan potensi bahaya cuaca ekstrem.
Musim penghujan akan berlangsung hingga April 2023, masyarakat diminta memantau informasi seputar prakiraan cuaca dan penanggulangan bencana secara berkala melalui kanal resmi BNPB, BPBD, BMKG, dan pemerintah daerah setempat.