Antv – Masyarakat berharap Pj Gubernur DKI Jakarta memiliki pengalaman khusus hadapi pemindahan Ibukota dan gelaran Pemilu Serentak 2024.
Direktur Eksekutif Lembaga Riset dan Konsultansi Politik ALGORITMA Aditya Perdana menyampaikan bahwa menyongsong habisnya masa jabatan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan pada 16 Oktober 2022, masyarakat DKI Jakarta menaruh harapan besar penjabat gubernur yang diangkat oleh Presiden Joko Widodo memiliki kemampuan dan pengalaman yang mencukupi sebagai modal menghadapi program pemindahan Ibukota dan Pemilu Serentak 2024.
“Saat ini publik relatif tidak mengenal mengenai 3 nama calon yang diusulkan DPRD DKI Jakarta yaitu Dirjen Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Bahtiar, kepala Sekretariat Presiden Heru Budi Hartono serta Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Marullah Mataali. Secara berurutan tingkat popularitasnya adalah Marullah Mataali 31,4%, Heru Budi Hartono 26,7% serta Bahtiar 20%,” terang Aditya.
Menurut Aditya dengan tingkat popularitas yang sedemikian, maka sudah seharusnya penekanan mengenai kemampuan dan kecakapan dalam menghadapi tantangan-tantangan spesifik yang dihadapi Provinsi DKI Jakarta dikedepankan.
Untuk saat ini dari beberapa hal tantangan DKI Jakarta di berbagai sektor, dua hal menjadi perhatian yaitu proses pemindahan Ibukota negara serta persiapan menghadapi Pemilu Serentak 2024.
“Publik memberikan persetujuan yang sangat tinggi terhadap beberapa kriteria kemampuan yang sebaiknya dipenuhi Penjabat Gubernur DKI seperti kemampuan berkomunikasi sosialpolitik dengan baik (99%), figur pemersatu (96%), netral dari politik identitas (94%), dan sosok yang dapat bersinergi dengan Kemendagri dan DPR guna penyelesaian revisi UU DKI karena telah terbit UU Ibukota Negara / IKN (87%),” tutur Aditya.
Aditya juga menambahkan di luar itu masyarakat berhadap Penjabat Gubernur DKI Jakarta berpengalaman dalam bidang legislasi, pernah menjabat Gubernur provinsi lain, dan berpengalaman dalam mengawal pemilu/pilkada.
“Kriteria-kriteria terkait kecakapan dan pengalaman tersebut menjadi perhatian utama masyarakat Jakarta dibandingkan karakterirstik kedekatan politik maupun primordial. Persetujuan politik masyarakat terhadap faktor kecakapan relatif tinggi; dibandingkan kedekatan dengan Gubernur sebelumnya, kedekatan dengan Presiden maupun keharusan latar belakang orang Betawi asli,” tambah Aditya.
Faktor kecakapan ini ditekankan oleh publik karena ternyata mayoritas masih memiliki harapan besar terhadap Provinsi DKI Jakarta sekalipun nantinya sudah tidak berstatus sebagai ibukota negara.
“Masyarakat optimistik terhadap masa depan Jakarta. Meskipun tidak lagi menjadi Ibu Kota Negara, mayoritas masyarakat (87,8%) meyakini bahwa Jakarta masih menjanjikan bagi kehidupan sosial dan ekonomi ke arah yang lebih baik,” ujar Aditya.
Dengan keyakinan yang tinggi terhadap masa depan Provinsi DKI Jakarta, tersebut ada dua hal utama diharapkan masyarakat dilakukan Penjabat Gubernur DKI Jakarta.
Yang pertama yaitu untuk menata infrastruktur pendukung Jakarta sebagai pusat perekonomian. Serta yang kedua yaitu menyiapkan regulasi terkait perubahan status Ibu Kota merupakan agenda prioritas yang penting dilakukan Penjabat Gubernur dalam rangka transisi Jakarta.
“Kami melihat perkembangan berita bahwa bapak Heru Budi Hartono dinyatakan terpilih menjadi Penjabat Gubernur Provinsi DKI Jakarta. Tentunya kita semua menunggu hingga Presiden Joko Widodo mengeluarkan Keppres penjukkan tersebut,” ungkap Aditya.
Menurut Aditya sambal menunggu terbitnya Keppres terkait Penjabat Gubernur DKI Jakarta inipenting juga untuk menggarisbawahi bahwa publik memiliki harapan besar terhadap calon Penjabat Gubernur DKI Jakarta.
Secara spontan, responden menyebutkan sosok atau figur yang merakyat, tegas, jujur, amanah dan memiliki kinerja yang baik sebagai Penjabat Gubernur yang akan datang; mengungguli berbagai karakter atau atribusi lainnya.
Survei ALGORITMA ditujukan terhadap 420 responden yang tersebar di enam wilayah Provinsi DKI Jakarta (termasuk Kepulauan Seribu).
Hasil survei mewakili pendapat masyarakat Jakarta usia dewasa atau pemilih (17 tahun ke atas). Margin of error diperkirakan +/- 4,7 % pada tingkat kepercayaan 95 %. Pengumpulan data dilakukan pada 27 September s/d 3 Oktober 2022, melalui wawancara telepon menggunakan kuesioner