Antv – Mantan polisi yang melakukan pembunuhan besar-besaran di pusat penitipan anak Thailand membuat jajaran kepolisian mendapatkan sorotan.
Menurut polisi, perilaku brutal pelaku terjadi sebelum pemindahan ke provinsi, yang menyebabkan dia menjadi penggunaan narkoba, hingga akhirnya dipecat dari kepolisian.
Terkait aksinya di hari Kamis (6/10/2022), polisi belum menmukan motif yang jelas mengapa sang mantan menjadi brutal.
Namun polisi mengatakan penyelidikan awal mereka menunjukkan, pelaku yang bernama Panya Khamrap, sangat bermasalah dengan masalah perkawinan dan uang, menyusul pemecatannya dari tugas polisi pada Januari, akibat tertangkap basah menggunakan dua jenis metamfetamin.
"Dia ingin melampiaskan. Kami mengetahui dari ibunya bahwa pada hari kejadian dia bertengkar dengan istrinya," kata kepala polisi setempat Chakkraphat Wichitvaidya, seperti dikutip dari Reuters Sabtu (8/10/2022).
"Dia mungkin ingin melakukan sesuatu yang buruk," tambahnya
Rekan-rekan di kepolisian setempat mengatakan dia terkadang pemarah dan kasar saat dia bekerja.
Polisi mengatakan Panya, yang berusia 34 tahun, gelisah, saat memasuki pusat penitipan anak pada hari kejadian itu, sambil membawa pistol dan pisau melengkung besar.
Saksi mata menggambarkan bagaimana dia mengamuk selama dua jam, menebas hingga membuat 22 anak berusia 2-5 tahun meninggal saat mereka tidur siang, kemudian menembaki orang-orang di sekitar dan kabur dengan kendaraannya.
Secara keseluruhan, 24 anak tewas, di antara 38 korban tewas. Korban terakhir Panya adalah istri dan anaknya sebelum dia mengarahkan pistol 9 mm ke dirinya sendiri di rumahnya di sebuah desa yang berjarak 3 km (1,9 mil) dari taman kanak-kanak.
Itu adalah salah satu korban tewas anak terburuk di dunia dalam pembantaian oleh satu orang dalam sejarah baru-baru ini.