Antv –Kenaikan tingkat kekerasan dan ketidakamanan telah merubah Haiti menjadi “bom waktu untuk wabah kolera” ungkap perwakilan UNICEF di Haiti.
Dalam sebuah wawancara dengan Aljazeera pada Rabu (5/10/2022) perwakilan UNICEF Bruno Maes menjelaskan 1,2 anak Haiti terancam karena potensi wabah kolera di Ibu kota, dengan laporan awal puluhan penderita dicurigai terjangkit penyakit tersebut sejak awal Oktober.
“Banyak keluarga Haiti yang hidup di bawah garis kemiskinan, mereka tidak punya pilihan selain minum dan menggunakan air yang kotor. Sampah menumpuk di jalanan dan rumah sakit ditutup atau tidak beroperasi,” ucap Maes.
“Semua masalah tersebut telah merubah Haiti menjadi bom waktu untuk kolera dan sekarang sudah mulai meledak,” tambahnya.
Kementerian Kesehatan dan Kependudukan Haiti mengatakan pada hari Rabu (5/10/2022) bahwa lima kasus kolera telah dikonfirmasi antara 1 Oktober dan 4 Oktober, bersama dengan satu kematian di fasilitas kesehatan.
Mereka juga melaporkan 52 kasus yang dicurigai, 15 di antaranya merupakan anak-anak berusia empat tahun ke bawah.
Maes mengatakan tujuh kematian sedang diselidiki di berbagai lingkungan Port-au-Prince, termasuk daerah-daerah di mana kekerasan meluas dan kurangnya akses ke air minum dan layanan lainnya menempatkan penduduk pada risiko tinggi terkena penyakit ini.
“Akses ke perawatan dasar dan esensial kurang – sangat kurang – di sebagian besar wilayah Port-au-Prince sekarang,” ungkap Maes.
Haiti terakhir kali melaporkan kasus kolera lebih dari tiga tahun lalu.
Kolera adalah penyakit yang disebabkan oleh air minum atau makan makanan yang terkontaminasi bakteri kolera. Ini dapat memicu diare parah serta muntah, haus dan gejala lainnya, dan dapat menyebar dengan cepat di daerah tanpa pengolahan limbah yang memadai dan air minum yang bersih.
Sumber: Aljazeera