Hermansyah bertubuh kekar dan energik, sepintas seperti tak menyimpan penyakit apapun. Masih segar dalam ingatan saya penampakannya yang selalu riang, dengan senyum selalu menghias wajah dan pengucapan -pengucapan humor khas Medan yang penuh optimisme.
Tidak ada hal yang sulit buat Herman. Suatu kali saya terlambat check in di bandara Kualanamo ketika mau kembali ke Jakarta. Penumpang sudah boarding, koper tidak bisa diangkut. Entah bagaimana cara Herman, koper saya bisa disusulkan. Digotong seorang petugas langsung masuk di pesawat.
Begitupun dalam urusan makan, Hermansyah tidak mengenal pantangan. Waktu di Medan, dia seharian menjamu saya dengan kuliner khas di sana : Gulai Kepala Ikan, Duren Ucok, dan Sup Kepala Kambing. Meski dag dig dug juga, tapi saya layani.
Pembawaan easy going begitu mengantar Hermansyah mudah bergaul dengan siapapun dan punya relasi luas dengan berbagai kalangan. Kelengkapannya lebih dari cukup itu menjadi bekal menopang profesinya sebagai wartawan dan menjadi Ketua PWI Sumatera Utara satu periode (2015-2021).
Saya lupa kapan mulai mengenal dia. Namun sepengetahuan sejak bertemu pertama kali seperti itulah pembawaan Hermansyah. Sebelum pandemi, kami sering bertemu dalam acara-acara resmi PWI. Seperti dalam acara Hari Pers Nasional, ketika Kongres PWI Solo (2018) dan saat ia mengundang saya khusus untuk memberi “Pembekalan kepada Anggota PWI Sumatera Utara” di Medan (2019).