Antv –Ribuan orang di Haiti menghadapi kekurangan air setelah berhari – hari warga menggelar unjuk rasa kenaikan harga bahan bakar. Akibat unjuk rasa yang rusuh menyebakan distribusi air terhenti.
Banyak warga ibu kota Haiti yakni Port-au-Price terpaksa tinggal berlindung di rumah pada hari Minggu (18/9/2022) ketika terjadi insiden tembakan dan ban yang dibakar di jalanan. Warga melakukan unjuk rasa terhadap kenaikan harga bahan bakar. Selain itu kelompok geng kriminal juga memanfaatkan situasi memperburuk keadaan.
Akibat unjuk rasa dan pemblokiran jalan berdampak pada perusahaan pengiriman air yang biasa mengirimkan air di wilayah perkotaan. Keadaan diperparah dengan suhu harian di Haiti yang mencapai 34 derajat celcius.
Warga segera menuju pusat – pusat distribusi air saat keadaan sudah sedikit mereda. Mereka dengan menggunakan ember berusaha mengumpulkan air dan kebutuhan gas untuk memasak selama beberapa hari. Meski demikian warga menemukan kekurangan air juga terjadi di sejumlah tempat.
Kekhawatiran warga akan datangnya badai tropis Fiona juga mendorong warga untuk secepatnya mendapatkan air.
Seorang warga Fort National, Jean-Denis Severe mengatakan banyak orang yang menempuh perjalanan berkilo meter untuk mengisi ember dan botol lalu membawanya pulang.
“Saya tinggal di Fort National, karena ada blokade di negara ini, kami datang ke sini untuk membeli air. Jika tidak ada tempat ini, maka kami akan mati kehausan,” ungkapnya.
Kerusuhan terjadi baru – baru ini sebagai dampak dari protes karena inflasi melonjak ke level tertinggi dalam satu dekade. Situasi diperparah dengan hadirnya kekerasan geng yang menyebabkan ratusan orang tewas dan ribuan mengungsi. Pemerintah merasa kesulitan untuk meredam itu semua.
Seorang penduduk Port-au-Price, Richardson Adrien mengatakan kekurangan air menambah daftar terakhir kesulitan warga. Mereka dalam beberapa bulan terakhir juga berjuang untuk mendapatkan bahan bakar. Sulitnya bahan bakar membuat sejumlah orang tidak dapat bekerja.
Sumber: Reuters