Antv –Orang – orang tampak turun ke jalan di beberapa kota negara Haiti setelah pemerintah setempat mengumumkan kenaikan harga bahan bakar yang dampaknya mengakibatkan lonjakan biaya hidup.
Pihak berwenang setempat telah mengumumkan pada hari Rabu (14/9/2022) bahwa harga gas akan lebih mahal dua kali lipat. Sedangkan minyak jenis solar dan minyak tanah juga mengalami kenaikan harga.
Para pengunjuk rasa memblokir jalanan di hampir seluruh ibu kota Port-au-Prince, menutup wilayah yang biasanya sibuk penuh lalu lintas. Sekolah dan bisnis ditutup karena jalanan diblokir dengan batu, kendaraan dan ban yang dibakar oleh para pengunjuk rasa.
Unjuk rasa tersebut merupakan protes terbaru di negara yang terletak di kawasan Karibia ini, di saat warga bergulat dengan kenaikan inflasi serta meningkatnya kekerasan terkait kelompok geng kriminal.
“Ini adalah saat yang sangat krusial bagi Haiti sekarang,” ungkat Jurnalis Haiti Harold Isaac kepada AL Jazeera.
“Orang Haiti juga sedang bergulat dengan inflasi yang melonjak,” tambahnya.
Sementara itu, jaminan keamanan juga semakin memburuk setelah pembunuhan Presiden Haiti Jovenel Moise pada Juli 2021.
“Kami menghadapi serangkaian krisis yang rumit, terakhir adalah kelangkaan gas yang benar – benar membuat hidup semakin sulit bagi warga sipil di sini,” ungkap Isaac.
Ia menambahkan sejumlah warga Haiti harus membeli dari penyelundup untuk mendapatkan bahan bakar yang ongkosnya jauh lebih besar.
Pemerintah membenarkan kenaikan harga dengan mengatakan bahwa subsidi BBM tidak bisa dipertahankan seperti dulu.
Kenaikan harga baru yang diumumkan telah membuat harga satu galon (3,8 liter) gas naik dari sekitar $2 US menjadi $4,78 US membuat warga semakin frustasi dan berniat meninggalkan negara ini.
Banyak warga Haiti bergantung pada bahan bakar tidak hanya untuk transportasi tetapi juga untuk listrik dan memasak.
Perdana Menteri Haiti Ariel Henry telah memperingatkan dalam pidato nasional hari Senin (12/9/2022) bahwa harga bahan bakar akan naik dan meminta warga untuk bersabar.
Sumber : Al Jazeera