"Kami punya perhitungan tersendiri yang selalu kami perjuangkan yaitu 3,5 kali pakan. Artinya 1 kilo telur itu dibuat oleh 3,5 kali pakan. Nah ini yang selalu kami perjuangkan," ungkap Yudianto.
Dalam hitungan kasar, jika harga telur dipatok Rp 22.000 - Rp 24.000 per kilogram, maka harga jagung di tingkat peternak adalah Rp 5.000. Kemudian harga DOC antara Rp9.000 - Rp11.000.
Namun Yudianto menyebut hal itu tidak bisa dilaksanakan karena harga jagung masih di kisaran Rp9.000, dan harga DOC Rp17.000.
"Jadi kami sebetulnya kami peternak tidak pernah untuk menentukan mematok harga tertentu, karena seperti tadi sekali lagi saya garis bawahi peternak tetap mempunyai perhitungan harga telur itu tiga setengah kali harga pakan. Peternaknya harus turun tetapi biaya produksi kami tidak turun," terangnya.
Pihaknya berharap pemerintah bisa melakukan sejumlah langkah untuk mencegah naiknya harga telur terlalu banyak.
"Jadi jangan sampai kenaikannya ini terlalu berlebihan. Maka kalau semua kenaikannya ini akan berlebihan tentunya juga akan memukul produksi kami. Otomatis akan memukul produksi kami karena kami ada di hilir," pungkasnya.