Antv –“Penahanan sewenang – wenang dan diskriminatif China terhadap warga Uighur dan muslim lainnya di wilayah Xinjiang mungkin merupakan kejahatan terhadap kemanusian,” ungkap Kepala Hak Asasi Manusia PBB.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia Michelle Bachelet sempat mengunjungi China pada bulan Mei 2022.
Sedangkan China membantah keras adanya pelanggaran kemanusiaan terhadap Uighur di Xinjiang dan telah mengeluarkan tanggapan setebal 131 halaman terhadap laporan PBB setebal 48 halaman.
Kantor HAM PBB mengatakan dalam laporan itu “pelanggaran Hak Asasi Manusia yang serius telah dilakukan di Xinjiang dalam konteks penerapan strategi ‘kontra – terorisme dan kontra ektremisme oleh pemerintah”.
“Tingkat penahanan sewenang – wenang dan diskriminatif terhadap etnis Uighur dan kelompok minoritas muslim lainnya, mungkin merupakan kejahatan internasional, khususnya kejahatan terhadap kemanusiaan,” menurut kantor PBB melalui situs webnya.
Laporan tersebut merekomendasikan pemerintah China untuk melakukan tindakan segera membebaskan semua yang ditahan di pusat pelatihan, penjara atau fasilitas penahanan lainnya.
“Ada indikasi pelanggaran hak reproduktif yang kredibel melalalui pemaksaan keluarga berencana sejak 2017,” ungkap kantor PBB.
Kelompok HAM menuduh Beijing melakukan pelanggaran terhadap etnis Uighur, minoritas etnis yang berjumlah 10 juta jiwa di wilayah barat Xinjiang. Sebagian dipaksa kerja paksa di kamp interniran.
Sedangkan Amerika Serikat menuduh China melakukan genosida. Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken menyambut baik rilis laporan. Pada hari Kamis (1/9/2022) Antony menyebut prihatin dengan keadaan etnis Uighur.
“Memperdalam dan mengaskan kembali keprihatinan kami yang mendalam mengenai genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang sedang berlangsung terhadap Uighur dan kelompok etnis dan agama minoritas lainnya,” ungkapnya.
Seorang juru bicara PBB mengatakan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres berharap China akan menerima rekomendasi dalam laporan tersebut.
Sumber: Reuters